HeadlinePemprov Kaltim

Kaltim Terancam Kekeringan dan Krisis Air, Ini Penyebabnya

Kaltim, provinsi kaya di Indonesia, terancam kekeringan dan krisis air akibat perubahan iklim. Apa penyebabnya dan bagaimana solusinya?

Samarinda, intuisi.co – Benua Etam, julukan bagi Kalimantan Timur (Kaltim), dikenal sebagai salah satu provinsi terkaya di Indonesia. Namun, kekayaan alam yang melimpah itu tidak menjamin kesejahteraan masyarakatnya. Pasalnya, Kaltim menghadapi ancaman kekeringan dan krisis air yang bisa terjadi dalam 10 tahun ke depan.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kaltim Agus Tianur melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Tresna Rosana. Menurutnya, berdasarkan hasil penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Kaltim akan mengalami perubahan iklim yang signifikan.

“Jadi kita merasakan hujan tapi tidak selebat yang dulu, hujannya ringan-ringan saja. Kemudian tingkat kekeringannya itu lebih kering dari yang sebelumnya,” kata Tresna kepada wartawan, Minggu (3/12).

Tresna menjelaskan, perubahan iklim ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pemanasan global, deforestasi, dan pembangunan infrastruktur. Akibatnya, suhu udara di Kaltim meningkat drastis dan curah hujan menurun.

“Kalau sebelumnya, panas tidak terlalu. Sekarang panasnya luar biasa,” ujarnya.

Selain itu, dalam hasil penelitian BRIN juga menunjukkan proyeksi hari-hari kering tanpa hujan yang meningkat di masa mendatang. Bahkan, hujan akan datang satu kali per bulannya.

“Jadi hari-hari tanpa hujan jadi meningkat. Biasanya kita satu bulan ada tiga kali sampai empat kali hujan, kalau ini nanti bisa satu bulan baru terjadi hujan. Itu proyeksinya dari tahun 2020 hingga tahun 2050,” jelasnya.

Dengan proyeksi ini juga, tak terlepas dengan dampak yang dirasakan masyarakat. Terutama mengenai pasokan air bersih. Tresna menyatakan, Kaltim bisa mengalami krisis air dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

“Krisis air bisa berdampak pada kesehatan, pertanian, dan industri. Sementara karhutla bisa menyebabkan polusi udara, kerusakan ekosistem, dan kerugian ekonomi,” tuturnya.

Untuk mengantisipasi hal ini, Tresna mengimbau masyarakat untuk melakukan penghematan air, penghijauan, dan pencegahan karhutla. Ia juga berharap pemerintah pusat dan daerah bisa memberikan dukungan dan solusi untuk mengatasi masalah ini.

“Kita harus bersama-sama menjaga lingkungan kita agar tetap lestari dan sehat. Jangan sampai kita menyesal di kemudian hari karena tidak peduli dengan bumi kita,” pungkasnya. (BPBDKaltim/Adv/Tya)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.