HeadlineSorotan

Kesaksian Nelayan yang 7 Hari Mengapung di Laut dengan Kotak Ikan, Berbekal Rokok dan Air Hujan

Hamade, nelayan berusia 62 tahun ini selamat setelah tujuh hari mengapung dengan kotak ikan di lautan. Mendekatkannya dengan Yang Maha Kuasa.

Samarinda, intuisi.co – Nelayan 62 tahun bernama Hamade ini telah melewati hal yang sungguh sulit terbayangkan. Bak kisah yang muncul di film-film Hollywood, Hamade selamat setelah terombang-ambing di luat lepas selama tujuh hari.

“Sekarang saya sudah di kampung lagi. Alhamdulillah sehat selalu,” ujar Hamade kepada intuisi.co, dihubungi lewat sambungan ponsel, Rabu malam, 30 September 2020.

Hamade merupakan nelayan yang tinggal di Desa Hilir Muara, Kecamatan Pulau Laut Utara, Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan. Kamis, 17 September 2020, merupakan hari pertama dari rencana tujuh hari kegiatannya melaut mencari ikan.

Dari daratan Kotabaru, Hamade bertolak seorang diri dengan kapalnya yang berkekuatan 4GT. Termasuk kapal ideal di kalangan nelayan tradisional. Bisa dipakai berdua atau sendiri. Tak ada masalah dari awal perjalanannya. Hingga setelah 30 mil berlayar, tepatnya di perairan Tako Encing, petaka menghampiri.

Kapalnya terempas ombak hingga karam. Hanya kotak ikan berbahan styrofoam ukuran 1,5×1,5 meter menjaganya tetap terapung.

Ombak menghantam begitu cepat. Persediaan makanan ikut disapu. Hanya satu tas kain tua berwarna hijau sempat ia selamatkan. Berisi tembakau yang menjadi satu-satunya bekal tersisa.

“Di dalam tas ini hanya ada rokok. Saya kadang-kadang isap, tapi kalau sudah pusing, ya, berhenti. Memang sudah biasa tahan lapar,” tambahnya.

Mengambang seorang diri di hamparan samudera yang luas, Hamade tak bisa berbuat apa-apa selain berharap pertolongan. Kakek enam cucu ini memang biasa melaut sejak umur 13 tahun. Namun situasi begini baru pertama kali dihadapi.

Kotak ikan yang dinaikinya mengapung tanpa arah. Hamade berusaha terus terjaga mewaspadai ombak yang datang. Jika arus deras menerjang, harus bisa menyeimbangkan diri agar tak terbalik dan menjadi petaka baru.

Situasi makin tak mudah karena kotak tempatnya mengapung hanya memungkinkan untuk duduk atau berdiri. Tak dapat berbaring setiap lelah menghampiri. Kalaupun terlelap, hanya dengan posisi duduk ia bisa menutup mata. Sambil tetap mewaspadai ombak yang dihadapi.

Makin Dekat dengan Tuhan

“Saya selalu berdoa. Serahkan semuanya sama Allah. Jadi selama di laut salat saja dan berharap ada kapal lewat,” kisahnya.

Hari ketiga terkatung-katung di tengah laut, Hamade kian mengawang. Terombang-ambing tanpa kepastian. Berberapa kali kapal melintas terlihat. Namun tak juga datang menolong. Panggilan tak sekalipun berbalas. Namun Hamade tak pernah berhenti berdoa.

Hingga pada Kamis, 24 September 2020, sekelompok nelayan dari Balikpapan melihatnya di perairan Tako Bendera, Tanah Grogot, Paser, Kaltim. Hamade pun diselamatkan dan diberi makan. Selanjutnya dievakuasi ke tempat keluarganya di Samboja, Kutai Kartanagara.

Kini, Hamade telah kembali ke keluarganya di Kalimantan Selatan. Terombang-ambing di lautan berhari-hari mendekatkannya dengan Yang Maha Kuasa. Yang menurunkan hujan untuknya bisa meneguk air. Memberinya kekuatan untuk terjaga meski tujuh hari tanpa makan.

Pelajaran penting tentang kebaikan Tuhan kepada manusia. Namun bukan berarti alasan untuk tak kembali melaut. “Sebenarnya saya mau pergi (melaut) lagi, tapi masih dilarang. Kapal juga tak ada, jadi sabar saja dulu,” tutupnya kemudian terkekeh. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.