EkonomiHeadlineSamarinda

Kisah UMKM Digital Samarinda Bangkit Usai Pandemi Covid-19

Tak mudah bagi pelaku UMKM Samarinda bertahan saat Covid-19. Namun, ada juga yang bisa bertahan melewati wabah itu. Berikut kisahnya.

Samarinda, intuisi.co– Rahmadansyah Nurdin tak bisa tidur. Matanya nyalang, pikirannya bercabang-cabang. Musababnya adalah pemasukan. Sudah sebulan dia melepas pekerjaannya karena tak kerasan. Sedangkan kebutuhan hidup terus mendesak.

“Saya sempat stres ketika itu,” ujar Madan, sapaan karibnya, memulai kisahnya kepada intuisi.co pada Senin, 20 Maret 2023, tentang lakonnya melewati pandemik corona bersama bisnis yang dibangunnya.

Dia lantas memutar otak. Salah satu ide terbersit kala itu ialah bisnis kuliner. Sementara lokasi dilirik ialah Citra Niaga. Kawasan ekonomi Samarinda yang lahir pada Agustus 1987. Wadah ini mengakomodasi pedagang kecil dan besar. Sempat cemerlang, lalu temaram kemudian muram. Ditinggalkan warga yang lebih memilih ke mal dan ritel modern.

Pada 2019 Citra Niaga kembali naik daun setelah sekian tahun  Kawasan ini kian ramai dengan menjamurnya kedai kopi dan kuliner. Momen itulah yang membuat Madan berani ambil risiko buka usaha. Akhirnya, setelah berdiskusi panjang dengan keluaraga mendekati pertengahan 2020, Ramen Ninja resmi berdiri.

Madan terbilang nekat. Pengalaman memasak minim. Ilmu meramu kuliner itu pun autodidiak dia pelajari dari YouTube. Dia memilih nama Ramen Ninja. Konsep warungnya mengadaptasi anime dari Jepang dengan harga ramen termahal Rp30 ribu per porsi.

“Jadi sasaran konsumen kami adalah mereka yang suka dengan budaya Jepang. Termasuk kulinernya, ramen,” dia mengisahkan.

Pilihannya memang tak mengecewakan, sebab dalam sehari bisa mengantongi omzet Rp2 juta dan sebulan Rp60 juta.

“Enggak nyangka juga banyak yang suka. Tapi itu hanya bertahan selama beberapa bulan. Tak sampai setahun karena Covid-19 ‘kan,” sebutnya.

Selanjutnya omzet dari Ramen Ninja turun drastis. Dalam sehari kedai ini hanya menghasilkan laba Rp200 ribu, jauh dari kata untung. Akibat pandemi Covid-19, hanya dalam waktu 6 bulan gerai kuliner itu tutup.

“Banyak pelanggan yang tak betah akibat pembatasan sosial (dari pemerintah) dan ramai razia Satpol PP,” tuturnya.

Tak hanya Ramen Ninja, kedai-kedai kopi yang menjamur di Citra Niaga kala itu juga bernasib senada. Minim pemasukan jadi persoalan utama. Meskipun sudah digenjot dengan pemasaran digital, tetap saja imbas wabah Covid-19 tak terbendung. Memasuki 2021, satu per satu kedai memilih menarik diri.

“Jadi mundur sama-sama, tutup (warung) serentak. Sudah mulai sepi juga, jadi realistis saja, kalau omzetnya cuma ratusan ribu per hari siapa yang tahan,” akunya lagi.

Selepas vakum tanpa kegiatan selama beberapa bulan, niat usaha kembali membara. Namun untuk buka kedai, belum jadi pilihan utama Madan. Opsi pre-order kemudian mengemuka. Dia dan istrinya sepakat buka PO dari rumah pada Agustus 2021 di kawasan Loa Bakung, Samarinda.

“Respons warga sekitar ternyata luar biasa. Banyak masyarakat yang penasaran dengan ramen. Ada yang suka ada juga tidak, tapi sebagian besar senang,” imbuhnya.

UMKM Samarinda
Pengunjung yang doyan mencicipi Ramen Ninja milik Madan (almerio pratama/intuisi.co)

Warga Masih Suka Ramen Ninja

Dari animo warga yang membuncah ini, Madan dan keluarga akhirnya kembali percaya diri membuka kedai sebulan setelah itu. Lengkap dengan ornamen Jepang saat perayaan musim panas menyapa yakni chochin alias lampion.

“Meskipun saat itu masih pandemi, tapi banyak warga yang pesan via Instagram, Facebook dan WhatsApp. Tiga aplikasi ini banyak membantu pemasaran kami,” akunya.

Walhasil pundi-pundi keuntungan Madan dari Ramen Ninja atau Ramen Digital kembali menanjak naik. Meskipun tak sampai puluhan juta seperti di Citra Niaga, namun dia dan istrinya bisa membuka lapangan kerja bagi warga sekitar.

Untuk target pelanggan mulai beragam, tapi ada yang tak pernah berganti. Mereka yang disebut wibu, pencinta anime dan budaya Jepang selalu menjadi terdepan.

“Bahkan pelanggan yang lama dari Citra Niaga terkadang main ke sini (Loa Bakung) walaupun jauh (sekitar 10 kilometer dari Samarinda),” sebutnya.

Dari Ramen Ninja rumahan ini, Madan mencoba melebarkan sayap ke kota Samarinda dan pinggiran Kutai Kartanegara, Batuah pada medio 2022. Sayang, dari keduanya hanya Grill Ninja yang bertahan. Warga di sana banyak yang menyukai. Sedangkan, Ramen Ninja di Gor Segiri tak begitu diminati.

“Situasi itu bertahan sampai sekarang. Rencananya kami akan membuka Ramen Ninja atau Ramen Digital ini di kampus. Lahannya masih dicari,” tegasnya.

Menurut Madan, kiwari ini pemasaran digital sudah mengambil peran marketing tatap muka. Jadi komunikasi dengan pelanggan cukup dari gawai. Dengan memaksimakan platform yag ada, seperti WhatsApp, Telegram, Facebook dan Instragram.

“Kami dari awal memang menggunakan metode ini dan makin berkembang saat Covid-19,” imbuhnya.

Setali tiga uang, Maulani Al-Amin juga merasakan hal serupa. Membuka usaha bakeri pada 2019. Namanya Sweet&Sour. Sejak memulai bisnisnya, dia sudah fokus dengan digital marketing. Platform yang dipilih adalah Instragram.

Bermodalkan pinjaman orangtua sebesar Rp5 juta, pewarta radio ini sukses mempertahankan bisnis panganan ringan tersebut hingga kini. Bahkan labanya terus meningkat. Dari semula Rp2 juta per bulan pada 2019 hingga Rp19 juta per bulan pada 2022.

“Penjualan biasa kami lakukan pada akhir pekan dengan metode pre-order,” sebutnya.

Dia menambahkan, laba puncak biasanya menjelang hari raya. Bagi Maulani, pemasaran menggunakan media sosial sangat membantu. Sebab dari situ pelanggannya berdatangan. Karena itu, bila ada yang menganggap sebelah mata pariwara digital, ada baiknya hentikan dan segera mencoba. Semua platform sudah tersedia, tinggal menggunakan saja.

“Saya jamin sukses, memang perlu kesabaran. Tapi ‘buahnya’ sangat manis,” sebut Maul, sapaan karibnya.

Dia pun berencana mengajukan kredit ke sejumlah bank dan salah satu incarannya ialah Bank Permata yang punya jaminan pinjaman bagi pengusaha UMKM. Namun itu masih rencana.

“Tunggu semua urusan kelar,” tegasnya.

UMKM Samarinda
Maulani sukses melewati pandemik dengan usahanya. Kini makin pede membuka toko offline di rumahnya. (istimewa)

UMKM Samarinda Meroket Tiga Tahun Terakhir

Dalam tiga tahun terakhir, Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah (Diskop UKM) Samarinda mencatat pertumbuhan signifikan dari sektor UMKM di Kota Tepian. Jumlahnya meningkat setiap tahun sejak 2020. Melonjak dua kali lipat dari 39 ribu menjadi 73 ribu lebih unit usaha. Paling menonjol ialah bisnis kuliner dan agrousaha.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Disperindagkop dan UKM) Kaltim M Sa’duddin menegaskan jumlah UMKM digital di Benua Etam, termasuk di Samarinda itu bertambah 10 persen setiap tahun. Peningkatan didorong pandemi Covid-19.

“Nilai persentase itu juga sejalan dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kaltim 2018-2023,” terangnya saat dikonfirmasi terpisah.

Selain diseminasi dan pelatihan terkait digitaliasi UMKM, Kaltim sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah platform belanja online. Salah satunya sudah membangun kampus UMKM di Samarinda. Bagi Sa’duddin digitalisasi bisa menjadi kunci bagi pelaku usaha agar bisa berkembang lebih baik. Terlebih saat ini semua infrastruktur sudah mengarah ke sana.

“Tahun lalu sudah dimulai dengan marketpalce dan tahun ini dimaksimalkan dengan e-katalog,” kata dia.

Setali tiga uang, pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman (Unmul) Hairul Anwar juga menyatakan hal senada. Ekonomi Kaltim, dan Samarinda atau kabupaten/kota lain sedang berada dalam transisi. “Digitalisasi UMKM adalah keniscayaan. Semua sudah mengarah ke sana,” tegasnya.

Dosen yang kerap disapa Cody ini mengatakan, dalam tiga tahun terakhir Samarinda menjadi contoh. Sepanjang 2020-2021 perkembangan ekonomi digital di Kota Tepian begitu nyata. Terlebih saat Covid-19 melanda, semua serba digital dan sektor kuliner memainkan peranan penting.

“Mereka (UMKM Samarinda) yang bertahan sebelum pandemi hinggga pascawabah corona tentu sudah tahan uji. Jadi silakan melanjutkan dengan bangga,” tegasnya.

Dia menambahkan, bagi mereka yang hendak mencoba, ada baiknya berpikir matang. Sebab, tak mudah konsisten dengan pemasaran digital. Jangan sampai menjadi pengusaha yang suam-suam kuku kemudian menyerah karena kalah saing.

“Jangan jadikan ekonomi digital sebagai wadah ikut tren, tapi harus benar-benar serius mengelola,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.