DPRD Kaltim

Komisi IV DPRD Kaltim Dorong Pembelajaran Tatap Muka Langsung Dimulai Januari 2021

Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Rusman Yaqub menilai pembelajaran jarak jauh (PJJ) memberi banyak risiko dan dampak buruk terhadap anak.

Banner Pariwara DPRD Kaltim

Samarinda, intuisi.co – Pandemi virus corona menyerang Kalimantan Timur (Kaltim) sejak Maret 2020. Hingga akhir Oktober, provinsi ini masih berstatus darurat covid-19. Sudah sejak lama sekolah diliburkan, berganti pembelajaran jarak jauh (PJJ). Komisi IV DPRD Kaltim pun mendesak inovasi dari Pemprov Kaltim.

Disebutkan Ketua Komisi IV DPRD Kaltim Rusman Yaqub, Pemprov Kaltim mesti berpikir keras mencari solusi agar mulai Januari 2021, sekolah mulai bisa melangsungkan pembelajaran tatap muka secara langsung. Komisi IV pun mengemukakan metode kombinasi antara PJJ dan pembelajaran tatap muka.

“Jadi semisal dalam satu kelas ada 30 peserta didik, maka tinggal dibagi. Misal 15 mengikuti tatap muka, selebihnya lewat daring. Berikutnya digilir,” sebut Rusman Yaqub.

Menurut politikus Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut, terobosan agar pembelajaran tatap muka bisa digelar kembali, sudah cukup mendesak lantaran PJJ dinilai sangat tidak efektif. PJJ dirasa memberi berbagai dampak buruk terhadap anak. Termasuk dalam kehidupan sosial. “Akhirnya anak-anak terkesan egois karena tidak mau tahu dengan lingkungan sosial. Di rumah hanya aktif dengan gadget dan belajar daring,” tuturnya.

Di sisi lain, PJJ juga berpotensi memicu terjadinya putus sekolah. Mengingat pada masa pandemi, bisa saja anak-anak menjadi lebih aktif membantu orangtua mencari nafkah. Di samping terbukanya kemungkinan terjadi kekerasan terhadap anak di dalam rumah. “Dan itu sudah banyak terjadi. Karena orangtua sebagian besar tidak siap menjadi guru di rumahnya sendiri, termasuk bagi anaknya sendiri,” lanjut Rusman Yaqub.

Dengan dampak-dampak tersebut, Rusman menilai sudah saatnya dipikirkan cara untuk melangsungkan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan ketat. Satuan pendidikan perlu menggelar rapat dengan orangtua siswa, termasuk para guru. Dengan demikian, pembelajaran tatap muka langsung dapat dirumuskan dengan tetap saling menjaga antara tenaga pendidik dan peserta didik.

“Harus ada kolaborasi antara satuan pendidikan, orangtua siswa, dan guru. Kalau kita bertahan dengan konsep jarak jauh, risiko jangka panjang banyak. Dan kita akan kehilangan momentum membangun karakter anak,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.