Lebih Dekat dengan Ely Hartati, Wakil Kukar di Karang Paci yang Concern soal Budaya
Ely Hartati Rasyid memulai perjalanan sebagai pedagang sate. Berbisnis di bidang kuliner dan mendirikan rumah makan di Tenggarong.
Samarinda, intuisi.co – Dari jajaran perwakilan Kutai Kartanegara (Kukar) di DPRD Kaltim, Ely Hartati Rasyid adalah salah satunya. Menjabat wakil ketua Komisi IV DPRD Kaltim pada periode saat ini. Melewati berbagai pengalaman pahit dan manis sebelum berada di posisinya sekarang.
Ditelisik lebih jauh, mudah disimpulkan bahwa Ely Hartati memang memiliki kapabilitas hingga kini berstatus sebagai wakil rakyat. Selain langganan sekolah favorit sejak SD, ia juga pernah meraih prestasi sebagai siswi teladan. Ia juga pernah menjadi tamu kehormatan di Istana Negara dalam bidang budaya kesenian. Termasuk ambil bagian dalam Pemuda Panca Marga.
Namanya melambung saat terjun di dunia politik dan menduduki jajaran wakil rakyat di Karang Paci—sebutan kantor DPRD Kaltim. Jiwa nasionalis, mengalir jelas dalam darahnya. Ely rupanya lahir dari keluarga pejuang kemerdekaan, yakni Haji Muso Salim.
Namun bukanlah status itu yang memuluskan langkahnya berkarier di politik. Ely justru memulai perjalanan sebagai pedagang sate. Berbisnis di bidang kuliner dan mendirikan rumah makan di Tenggarong. Baru belakangan ia mengenal dunia politik. Yakni saat bertemu dengan sosok yang kini suaminya, Yusmardani, yang merupakan anggota DPRD Kutai Kartanegara. “Saya justru lebih tertarik di bidang wirausaha,” aku Ely yang merupakan kader PDI Perjuangan.
Meski demikian, Ely bisa dengan cepat beradaptasi dengan dunia politik. Didasari oleh pemikirannya yang kritis. Termasuk berkat pembawaannya yang mudah bergaul. Sehingga tak sulit membuatnya akrab dengan kehidupan politik yang selama ini dilakoni suaminya.
“Suami saya selain pekerja swasta, juga poilitikus. Ya, karena beliau bagian dari salah satu partai besar di Indonesia, yaitu PDI Perjuangan. Dan dipercayakan pengurus pusat menjadi Ketua Cabang di Kabupaten Kukar. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus ikut terlibat. Selain untuk mendukung semua perjuangan suami, juga untuk mengerti pekerjaan suami yang memang harus banyak mengorbankan waktu, tenaga, materi bahkan keluarga,” urai Ely.
Terlibat dalam dunia politik yang dibawa suaminya, Ely akhirnya jadi penasaran sendiri. Hingga membawanya dalam arus politik, kala terlibat sebagai relawan Joko Widodo saat bertarung pada pemilihan presiden tempo hari. “Saya ketemu dengan warga, ke rumah-rumah warga, sampai ke pelosok daerah. Saya datangi dengan berbagai kendala dan kebutuhan yang apa adanya. Sulit sekali memang, tapi karena saya memang dari kecil suka tantangan, saya pantang mundur,” kisahnya.
Dari kisah sebagai relawan Jokowi, Ely merasakan pengalaman turun langsung ke masyarakat. Menjelajahi Kukar dan merasakan langsung segala problematika yang selama ini jadi persoalan masyarakat. Kehadiran sang suami juga memberinya kemudahan mempelajari berkomunikasi dan berpolitik.
Hingga akhirnya, langkah Ely menuju parlemen kian terbuka pada momentum Pemilihan Gubernur Kaltim pada 2019 silam. Kegagalan PDI Perjuangan pada kontestasi politik saat itu, membuat partai kian termotivasi dan menargetkan berjuang di legislatif. Di level provinsi, Ely termasuk salah satu yang turut serta. Hingga akhirnya terpilih sebagai anggota DPRD Kaltim.
Namun, status itupun tak didapatnya dengan mudah. Ely nyatanya nyaris tak bertarung pada pemilihan legislatif. Semula ia malah sempat tak dapat mendaftar. Lantaran tak dapat formulir pendaftaran akibat terlambat. Namun berselang tiga hari, seorang kandidat menarik diri dari pendaftaran. Membuka kembali pintu bagi Ely mengikuti kontestasi politik tersebut.
“Saya juga tak pernah berpikir untuk menang. Karena banyak senior saya ikut mendaftar. Saya hanya meyakini bisa membantu partai untuk lolos dengan kuota 30 persen perempuan di dapil Kukar dan tingkat provinsi,” kisahnya.
Masa-masa pileg 2019, membukakan mata Ely terhadap kondisi di masyarakat. Banyak publik yang masih apatis terhadap kinerja wakil rakyat. Tak sedikit pula yang sama sekali tak tahu tugas pemerintah dan legislator. Namun dari rangkaian pertemuan yang dilaluinya, mayoritas masyarakat kerap mengeluhkan soal infrastruktur jalan. Begitu juga bantuan bagi usaha kecil menengah. “Belum tentu setiap daerah itu sama. Namun memang kebanyakan dari semua, tak lain memohon bantuan modal usaha,” ungkap Ely.
Waktu berlalu, Ely akhirnya meraih satu kursi di Karang Paci. Capaian itu juga membuatnya terkejut. Bahkan mengaku cukup kagok saat mulai bertugas. Terutama pada satu bulan pertama. Pelan-pelan, Ely terus mendalami, hingga akhirnya kian aktif bersuara di setiap rapat.
“Sekarang saya merasa sangat bersyukur. Karena ternyata dengan begini, saya yang bukan orang kaya, bisa menolong kepentingan masyarakat. Saya jadi semakin semangat bekerja sebagai wakil rakyat,” tuturnya.
Sebagai wakil Kukar di Karang Paci, Ely pun menegaskan misi besarnya merapikan kembali kebudayaan serta adat-istiadat di Kukar. Selama ini, ia menilai sejarah dan budaya yang harusnya sakral, malah banyak diabaikan. Termasuk makam pahlawan Muso Salim di Kecamatan Muara Kaman. “Saat ini, alhamdulillah, dari anggaran aspirasi, saya sudah mampu membuat turap untuk makam tersebut,” lanjut Ely.
Ke depan, ia berharap makam pahlawan bisa menjadi objek studi bagi pelajar di Kukar. Hal ini dinilai penting, namun sering terlupa oleh banyak pebajat. “Anak-anak kita semakin tertinggal tentang sejarah. Bahkan yang saya perhatikan, saat ini pelajar pun belum tentu tahu banyak soal pahlawan-pahlawan di Kukar, khususnya Kaltim,” pungkasnya. (*)