Menara Tuah Himba, Ikon Baru Kota Raja yang Penuh Makna

Tenggarong, intuisi.co – Menara Tuah Himba berdiri megah di tengah Kota Tenggarong, Kutai Kartanegara. Landmark baru ini menjadi daya tarik bagi masyarakat setempat maupun wisatawan yang berkunjung ke ibu kota kerajaan tertua di Indonesia. Menara ini memiliki tiga bagian yang melambangkan elemen kehidupan di Kukar: langit, manusia, dan tanah serta air.

Langit diwakili oleh bagian atas menara yang berbentuk lingkaran dan berwarna jingga keemasan. Warna ini menggambarkan kemuliaan langit sebagai tempat turunnya Aji Batara Agung Dewa Sakti, Sultan pertama Kerajaan Kutai Kertanegara. Ia datang dari kayangan (langit) untuk membawa peradaban dan kebudayaan kepada masyarakat Kukar.

Manusia diwakili oleh bagian tengah menara yang berbentuk tiang-tiang kokoh. Tiang-tiang ini melambangkan rakyat Kukar yang berkehidupan dinamis dan harmonis. Jumlah tiang ada 14 buah, sesuai dengan tanggal 14 hari bulan yang menjadi hari penting dalam sejarah Kukar. Pada tanggal itu, Aji Batara Agung Dewa Sakti berangkat dan kembali dari Kerajaan Majapahit untuk mempelajari adab bermasyarakat. Angka 14 juga melambangkan jumlah anak tangga di Keraton Kutai Kertanegara.

Tiang-tiang ini memiliki tinggi 21 meter, sesuai dengan jumlah pasal dalam kitab adab yang dibawa oleh Aji Batara Agung Dewa Sakti dari Majapahit. Tiang-tiang ini juga memiliki dasar empat sudut yang melambangkan empat pasak bumi kehidupan: tata krama, adat istiadat, agama, dan berbudaya di negeri sendiri. Warna hitam pada tiang melambangkan kesetiaan rakyat Kukar kepada Kesultanan Kutai Kertanegara, sedangkan warna kuning keemasan melambangkan keagungan kesultanan itu.

Tanah dan air diwakili oleh bagian bawah menara yang berbentuk lingkaran kolam air dan daratan berwarna hijau. Kolam air melambangkan Sungai Mahakam yang menjadi sumber kehidupan masyarakat Kukar. Daratan berwarna hijau melambangkan suburnya tanah Kukar dengan hutan dan sumber daya alamnya. Warna pada air dan tanah juga melambangkan kemuliaan dan kesuburan.

Kolam air juga mengingatkan kita pada legenda Putri Karang Melenu, permaisuri Sultan pertama Kutai Kartanegara. Ia muncul dari sungai Mahakam dan menjadi pasangan hidup Aji Batara Agung Dewa Sakti. Bagian bawah menara juga memiliki tiga tingkatan yang melambangkan tiga anak tangga pada singgasana Kesultanan Kutai Kertanegara.

Menara Tuah Himba merupakan hasil desain putra daerah, Syandy Diantrisna Kusuma. Ia mengikuti sayembara untuk mendesain landmark baru di Kota Raja. Proyek ini dikerjakan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kutai Kartanegara dengan biaya lebih dari Rp14 miliar.

Pembangunan fisik menara ini telah selesai pada akhir September 2023. Saat itu, Dinas PU Kukar melakukan serangkaian uji coba pengoperasian, termasuk air mancur dan lampu tematik menara bersama Bupati Edi Damansyah. Proyek ini juga akan ditambahkan sejumlah sistem operasi, seperti jaringan listrik berkapasitas besar agar permainan lampu tematik dan air mancur tidak terganggu saat dioperasikan.

Kepala Dinas PU Kukar, Wiyono, menargetkan menara ini bisa dinikmati masyarakat pada akhir 2023. Ia yakin landmark ini akan mempercantik tampilan Kota Tenggarong dan menjadi ikon baru Kota Raja. “Target Bupati Edi Damansyah, tahun baru nanti Menara Tuah Himba bisa beroperasi penuh,” ucap Wiyono, Minggu (22/10/2023).

Menara Tuah Himba adalah landmark yang tidak hanya indah, tetapi juga sarat dengan nilai-nilai sejarah, budaya, dan kearifan lokal Kukar. Menara ini menjadi bukti kecintaan masyarakat Kukar terhadap tanah airnya dan kesultanan yang telah berjasa bagi peradaban Indonesia. Menara ini juga menjadi simbol harapan dan optimisme masyarakat Kukar untuk terus berkembang dan berkontribusi bagi bangsa. Menara Tuah Himba adalah warisan yang harus dijaga dan dilestarikan oleh generasi penerus Kukar. (*)