HeadlinePemkab Kukar

Mengembalikan Tingkat Hunian di Kukar, Menggoda Pasar Samarinda—Balikpapan

Pengujung Kukar kerap memilih menginap di Samarinda dan Balikpapan karena jaraknya yang dekat. Mirip situasi daerah-daerah di sekitar Jogjakarta.

Tenggarong, intuisi.co—Pelan-pelan sektor perhotelan mulai bangkit setelah babak belur dihajar pandemi. Tren hunian kamar makin mendekati normal, setelah dua bulan di titik terendah selama April—Mei 2020. Di Kutai Kartanegara (Kukar), ragam inovasi dikemukakan untuk mengembalikan tingkat hunian.

Ketika kasus covid-19 pertama kali ditemukan di Kaltim pada Maret lalu, tingkat hunian di provinsi ini langsung turun drastis. Dari 61,25 persen pada Februari 2020, menjadi 39,94 persen sebulan kemudian. Hingga mencatatkan titik terendah dua bulan setelahnya, alias hanya 26 persen pada April—Mei lalu.

Ragam cara dikemukakan agar perhotelan tak mati suri meski pandemi memang mengharuskan masyarakat membatasi bepergian dan aktivitas. Salah satunya dengan memberikan paket-paket tertentu seperti staycation hingga isolasi maupun karantina.

Benar saja, mulai Juni, tingkat hunian pelan-pelan naik lagi. Hingga pada Desember lalu kembali mencapai 59,78 persen, mendekati tingkat hunian pada Februari lalu, sebulan sebelum covid-19 merebak di Kaltim.

Di Kukar, napas segar hunian hotel ikut berembus. Namun, diakui masih belum sepenuhnya normal. Persoalan lama yang memang menghantui akhirnya dirasakan lagi. “Masih banyak yang memiliki menginap di Samarinda. Terutama dari market seperti di sektor mining atau corporate,” terang Hariyanto, sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kukar, kepada intuisi.co, awal November 2021.

Masalah Kukar Sejak Dulu

Situasi begini, sebut dia, sudah jadi persoalan sejak dulu. Padahal, jika pasar tersebut bisa diserap Kukar, potensinya diyakini luar biasa. “Bisa ramai Kukar. Karena perusahaan tambang di sini banyak. Tapi sayangnya malah ke Samarinda. Yang menginap di tempat saya bisa dihitung jari. Mungkin satu atau dua,” ungkap Hariyanto yang juga general manager Grand Elty Singgasana Tenggarong.

Bersama PHRI Kukar, Hariyanto mengaku telah beberapa kali duduk bersama perusahaan tambang maupun sawit mendalami isu tersebut. Dan dari rangkaian pertemuan, diketahui bahwa perusahaan memilih menginap di Samarinda karena fasilitas yang lebih lengkap. Jaraknya dekat pula dengan Tenggarong.

“Di Samarinda mereka bisa mengakses tempat hiburan, fasilitas refreshing, hingga shopping center. Di situ jua pertimbangannya. Karena fasilitas kota juga menentukan,” bebernya.

PHRI Kukar telah beberapa kali membawa persoalan tersebut ke Pemkab Kukar. Namun disadari, masalah yang satu ini memang memerlukan sinergi. Di sisi lain, hak perusahaan jua menentukan lokasi menginapkan pegawainya. “Tapi kami tak tinggal diam. Kami terus memberikan penawaran menarik ke mereka. Seperti paket isolasi atau paket karantina,” imbuhnya.

Pemerintah daerah lewat Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar tak tinggal diam menyikapi masalah klasik tersebut. Secara geografis, situasi ini memang sulit dihindari. Kabupaten ini mengelilingi dua kota besar di Kaltim, Balikpapan dan Samarinda, yang memang telah lebih maju sejak dulu. Meski begitu, bukan berarti kondisi tersebut tak bisa dimanfaatkan.

Kepala Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata, Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar, Muhammad Ridha Fatrianta, mengatakan bahwa situasi serupa bukan hanya dialami Kukar. Di Indonesia, daerah-daerah lain di Jawa Tengah ikut mengalami hal sama.

“Kasusnya sama seperti di Jogjakarta. Kalau kita lihat, objek wisata di sana ada di Selman, Klaten, dan Magelang, tapi perputaran uangnya di Jogjakarta,” ungkap Ridha, di kantornya, beberapa waktu lalu.

Infografis Mengembalikan Tingkat Hunian di Kukar (tim kreatif intuisi.co)

Peluang untuk Perhotelan

Meski demikian, situasi tersebut diharapkannya bukan jadi halangan. Posisi Kukar mengelilingi Balikpapan dan Samarinda malah bisa jadi peluang, terutama di sektor pariwisata. Dengan mengoptimalkan objek wisata yang tersedia di kabupaten ini, bukan tak mungkin pengunjung di dua kota tersebut yang kemudian banyak menghabiskan waktu di Kukar. “Misalnya saja yang dekat Samarinda dan Balikpapan, ada objek wisata Kukar di Samboja dan Muara Jawa,” ungkapnya.

Jika mampu disikapi dengan bijak, bukan tak mungkin malah pelancong atau orang-orang yang datang karena keperluan bisnis, malah memilih menginap di kabupaten ini ketimbang dua kota tetangga. Karena ujung-ujungnya konsumen akan melihat tawaran mana yang paling menarik bukan hanya dari segi fasilitas, tapi juga biaya. Ketersediaan destinasi wisata yang ramai di Kukar pun bisa menjadi bargaining dalam hal ini. “Misal dengan tarif menginap per malam Rp400 ribu, orang memilih bermalam di Kukar karena ada yang tak bisa mereka dapatkan bila menginap di Samarinda,” pungkasnya. (*)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by intuisi.co (@intuisimedia)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.