Mengentaskan Buta Aksara di Kutai Kartanegara
Mengurangi angka buta aksara, Disdikbud Kukar memberikan pelatihan bagi tutor keaksaraan agar dapat memberi pengajaran dengan baik.
Tenggarong, intuisi.co—Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) berhasil mengurangi angka buta aksara dari 4.000 orang menjadi 1.000 orang dalam kurun waktu tiga tahun terakhir. Prestasi ini tidak lepas dari upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kukar yang memberikan pelatihan bagi para tutor keaksaraan.
Menurut Kepala Disdikbud Kukar, Tauhid Afrilian Noor, kenaikan angka melek huruf di daerahnya disebabkan oleh beberapa faktor. Di antaranya adalah adanya pendatang dari luar Kukar yang belum terdaftar sebagai warga setempat. Selain itu, ada juga selisih pendataan antara pusat dan daerah terkait batasan usia buta aksara.
“Jika tahun sebelumnya ada batasan kategori buta aksara maksimal di usia 56 tahun, tetapi sekarang di usia 60 tahun. Ini berpengaruh pada jumlah data buta aksara,” kata Tauhid, Selasa, 28 Maret 2023.
Untuk mengatasi masalah ini, Disdikbud Kukar mengembangkan formulasi baru dalam program keaksaraan. Salah satunya adalah dengan memberikan pelatihan bagi para tutor keaksaraan agar dapat memberikan pelayanan ajar-mengajar dengan baik.
“Kami ingin seluruh tutor keaksaraan memiliki ilmu yang mumpuni dan dapat kembali ke tengah masyarakat untuk memberdayakan dan memberikan motivasi kepada penyandang buta aksara,” ujar Tauhid.
Dengan demikian, diharapkan penyandang buta aksara dapat membaca, menulis, berhitung dan memiliki keterampilan yang akan berdampak pada kualitas kehidupannya. “Ini juga sejalan dengan visi misi Bupati Kukar untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas,” tambah Tauhid.
Sebagai bentuk komitmen Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kukar dalam peningkatan SDM, Disdikbud Kukar baru-baru ini menggelar bimbingan teknis berupa pelatihan tutor keaksaraan. Kegiatan ini diikuti oleh 130 orang dari unsur tutor yang tersebar di semua kecamatan di Kukar.
Para tutor diberikan berbagai pemahaman, seperti materi tentang kebijakan pendidikan non formal, identifikasi kebutuhan belajar, standar kompetensi keaksaraan, penyusunan bahan ajar, metode pembelajaran keaksaraan fungsional (KF), evaluasi pembelajaran hingga manajemen pembelajaran.
Puji, Kepala Bidang Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Non Formal Disdikbud Kukar, menyebutkan bahwa pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalisme tutor keaksaraan. “Kami berharap para tutor dapat mengimplementasikan ilmu yang didapat dalam pelatihan ini di lapangan,” kata Puji.
Puji juga menekankan pentingnya peran tutor keaksaraan dalam mengatasi masalah kemiskinan dan ketertinggalan masyarakat dalam hal baca tulis hitung (Calistung). “Tutor keaksaraan harus mampu menjadi fasilitator, motivator dan inspirator bagi penyandang buta aksara,” ucap Puji. (*)