Menilik Ambisi China Bangun Panel Surya Raksasa di Tengah Gurun

China membangun tembok tenaga surya raksasa sepanjang 400 km dengan produksi listrik 100 gigawatt

intuisi

16 Mar 2025 23:44 WITA

Potret tembok panel surya di tengah gurun Kubuqi Mongolia Dalam sepanjang 400 km. (Istimewa/GettyImages)

Jakarta, intuisi.co— Di tengah perlombaan global menuju energi terbarukan, China mengambil langkah besar dengan membangun panel surya raksasa sepanjang 400 kilometer. Proyek ambisius yang dikenal sebagai “tembok fotovoltaik besar” ini bukan hanya menawarkan solusi energi, tetapi juga menjawab tantangan ekologi di kawasan gurun Kubuqi, Mongolia Dalam.

Proyek ini terletak di Desa Chaideng, Kota Ordos, wilayah otonom Mongolia Dalam. Dirancang untuk mereklamasi lahan gurun menjadi sumber daya berkelanjutan, panel Surya raksasa ini diproyeksikan menghasilkan kapasitas listrik terpasang hingga 100 gigawatt saat rampung.

Menurut Liu Tianyun, Wakil Direktur Biro Kehutanan dan Padang Rumput Ordos, tembok ini akan membentang selebar rata-rata 5 kilometer, mencetak rekor baru sebagai ladang fotovoltaik terbesar di Tiongkok. Seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Proyek ini diprediksi akan menorehkan sejarah, melampaui instalasi serupa lainnya di dunia dalam hal luas wilayah dan kapasitas terpasang. Sebagai gambaran, kota Beijing membutuhkan sekitar 135,8 miliar kWh listrik per tahun, atau 372 juta kWh per hari.

Kapasitas 100 gigawatt dari panel surya ini cukup untuk memenuhi seluruh kebutuhan listrik ibu kota Tiongkok tersebut. Hingga saat ini, Kota Ordos telah berhasil memasang panel surya dengan kapasitas 5,42 gigawatt di atas lahan pasir seluas lebih dari 133 kilometer persegi.

Manfaat Ekologis Panel Surya

Langkah ini menegaskan posisi Ordos sebagai pusat inovasi energi baru terbarukan di China. Selain menghasilkan energi, proyek penel surya ini juga membawa manfaat ekologis. Panel surya yang dipasang di bagian atas struktur tembok dirancang untuk memberikan keteduhan yang mendukung pertumbuhan tanaman sekaligus melindungi tanah dari penguapan air dan angin gurun yang kuat.

Hasilnya, proyek ini mendukung reklamasi lahan sekaligus mengurangi badai pasir dan desertifikasi yang kerap melanda kawasan Gurun Kubuqi. Di beberapa daerah gersang, sistem irigasi bertenaga surya telah diadopsi untuk menghijaukan lanskap gurun.

Pendekatan ini memberikan keuntungan ekonomi dengan menciptakan lahan produktif untuk tanaman dan ternak kecil, yang tumbuh subur di bawah bayangan panel surya. China juga menggunakan teknologi fotovoltaik bifasial dengan sel efisiensi tinggi yang mampu menangkap cahaya dari kedua sisi panel.

Dengan memanfaatkan reflektivitas permukaan gurun yang tinggi, teknologi ini mampu meningkatkan produksi listrik hingga 8 persen. Masa pakai modul juga diperpanjang menjadi 30 tahun dengan menggunakan bahan enkapsulasi kaca ganda, memastikan keberlanjutan dan efisiensi jangka panjang.

Jarak minimum antara panel dan tanah, yang diatur sekitar 2,5 meter, memberikan ruang cukup untuk aktivitas pertanian dan pergerakan alat berat. Selain itu, air limbah yang telah diolah dari tambang batu bara di Ordos dimanfaatkan untuk membersihkan panel surya serta menyirami tanaman, menciptakan harmoni antara industri energi tradisional dan energi baru.

Sebagai salah satu wilayah dengan sumber daya batu bara terbesar di Tiongkok, Ordos kini menjelma menjadi pionir dalam transisi menuju energi terbarukan. Proyek ini tidak hanya menjadi simbol kemampuan teknologi China, tetapi juga memberikan solusi atas tantangan global terkait perubahan iklim dan keberlanjutan lingkungan. (*)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!