Sorotan

Parkir Elektronik di Samarinda, Warga Perlu Terbiasa Transaksi Nontunai

Belum familiernya sebagian penduduk Samarinda dengan transaksi nontunai menjadi tantangan penerapan parkir elektronik di ibu kota Kaltim ini.

Samarinda, intuisi.co – Penerapan parkir elektronik dengan penarikan tarif secara digital segera berlaku di Samarinda. Sepuluh lokasi telah disasar sebagai lokasi awal penerapannya yang tersebar di sejumlah ruas jalan ibu kota Kaltim ini.

“Potensi PAD (pendapatan asli daerah) untuk parkir di Samarinda ini memang sangat besar,” sebut Kepala Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) Dinas Perhubungan (Dishub) Samarinda, Vincentius Hari Prabowo, dikonfirmasi, Rabu sore, 5 Mei 2021.

Adapun 10 lokasi awal penerapan parkir elektronik di Samarinda meliputi Toko Piala di Jalan KH Khalid, UD Jawa Indah dan Toko Elektronik LIE di Jalan Panglima Batur. Selain itu Toko Arjuna Baru dan Gadjah Mada Store di Jalan Diponegoro; Apotek Hidup Bahagia dan Rumah Makan Ayam Goreng Banjar di Jalan Abul Hasan; Bakso Pak Wondo di Jalan Pangeran Hidayatullah; dan ruas Jalan Jendral Sudirman serta Parkir Dermaga di kawasan Pasar Pagi. Nantinya, penerapan di 10 lokasi tersebut sukses, penerapannya bakal ditambah menjadi 246 kantong parkir elektronik.

“Regulasi terkait e-parking memang masih disusun, namun patokannya tetap dengan Perda Samarinda No 5/2015 tentang Penataan dan Pengelolaan Parkir,” sebut Hari.

Data Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Samarinda, pada 2020 capaian PAD dari retribusi parkir adalah Rp1,8 miliar setahun. Sedangkan penduduk Samarinda mendekati 1 juta jiwa dan pergerakan roda empat serta roda dua di Kota Tepian adalah yang tertinggi di Kaltim.

Sosialisasikan Parkir Elektronik

Dengan sistem ini, Hari optimistis tak ada lagi potensi kebocoran dari sektor parkir. “Tapi ini masih tahap uji coba. Dalam perjalanannya tantangan pasti ada,” tandasnya.

Adapun tantangan dimaksud bisa saja datang dari pengguna jasa layanan parkir elektronik. Penarikan retribusi parkir elektronik menggunakan transaksi cashless alias nontunai. Mengingat belum semua warga Samarinda familier dengan metode tersebut, sosialisasi masih perlu dilakukan dengan gencar.

Meski begitu, Hari meyakini persoalan tersebut bisa teratas. Sebab, era digitalisasi finansial kini mulai lumrah di Tanah Air. “Memang tak mudah. Pelan-pelan pasti bisa. Warga juga harus mendukung metode ini,” pungkasnya. (*)

 

View this post on Instagram

 

A post shared by intuisi.co (@intuisimedia)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.