Samarinda, intuisi.co-Dalam sepekan terakhir Samarinda dikepung banjir. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Samarinda mencatat sebanyak 13.354 jiwa terdampak. Rumah mereka tergenang, totalnya ada 3.956 bangunan. Ini pula yang membuat sebagian warga memilih mengungsi sementara waktu.
Kepala BPBD Samarinda, Suwarso menerangkan ada 108 rukun tetangga atau RT dengan 418 kepala keluarga yang merasakan langsung banjir tersebut. Dan kawasan yang paling parah berada di kawasan utara Samarinda, yakni Sempaja Timur, Gunung Lingai, dan Griya Mukti.
“Daerah ini berada di bantaran sungai dan daerah dataran rendah sehingga lebih rentan terhadap genangan air,” terangnya kepada sejumlah media. “Namun, kondisi air Kamis, 30 Januari 2025 mulai menunjukkan penurunan sekitar 5 hingga 10 cm di beberapa titik.”
Dapur umum kemudian disediakan oleh BPBD Samarinda untuk menunjang kebutuhan harian warga yang mengungsi. Seperti Griya Mukti dan Gunung Lingai, dapur umum dan posko lapangan berada di area terbuka. Lalu, Bengkuring, dapur umum serta posko berlokasi di halaman Puskesmas.
Sedangkan Bukuan, dapur umum didirikan di kantor kelurahan, di Loa Janan Ilir, masing-masing RT dirikan dapur umum sendiri. Gunung Lingai, terdapat 4 KK mengungsi ke rumah warga. Juga ada 46 jiwa mengungsi ke Masjid Al-Muhajirin dan bangunan RKM di Bengkuring.
“Karena lebih dekat dan mereka bisa tetap mengawasi rumahnya,” imbuhnya.
Ada sebanyak 16 hingga 25 unit perahu telah dikerahkan di Griya Mukti dan Bengkuring, dikerahkan BPBD Samarinda guna membantu transportasi warga. Ditambah lagi juga adanya perahu bantuan dari kepolisian, Basarnas, serta para sukarelawan.
Langkah Pemkot Atasi Banjir Samarinda
Pemkot Samarinda kemudian menggelar rapat demi menangani persoalan banjir. Wali Kota Andi Harun menyampaikan bahwa pihaknya telah menemukan sejumlah poin penting terkait masalah banjir di Kota Tepian. Kendati begitu, masalah ini tidak bisa dijelaskan secara sederhana tanpa penelusuran mendalam.
“Totalnya ada tiga poin yang kami sepakati saat rapat kemarin,” terang Andi.
Pertama, pihaknya sepakat untuk melanjutkan pembangunan tanggul guna menahan aliran air di kawasan rawan banjir. Selain pembangunan tanggul, Pemkot Samarinda juga akan mengalokasikan anggaran rutin untuk pemeliharaan saluran air dan pengangkatan sedimentasi di bendungan serta drainase kota.
Anggaran pemeliharaan sedimentasi tidak boleh kosong karena lumpur yang terbawa air akan terus memenuhi saluran meski telah dibersihkan. Langkah ketiga yang menjadi perhatian pihaknya adalah pengawasan terhadap bukaan lahan, yang diidentifikasi sebagai salah satu penyebab utama banjir, khususnya di kawasan Loa Bakung.
“Di Loa Bakung sudah teridentifikasi adanya bukaan lahan yang signifikan,” tegasnya.
Ini pula yang menjadi penyebab, kawasan ini begitu terdampak saat banjir di Kota Tepian. Pihaknya pun sudah berkoordinasi dengan OPD Terkait seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), Dinas Lingkungan Hidup (DLH), dan BPBD untuk meninjau aktivitas di lahan yang terbuka.
“Bila diperlukan, kami akan berkoordinasi dengan aparat penegak hukum (Polresta Samarinda),” tegasnya lagi.
Dirinya pun berharap, para pelaku usaha yang membuka lahan di Samarinda sadar diri bila kota ini punya kehidupan, sehingga ketika aktivitas pembukaan lahan dilakukan ada langkah-langkah mitigasi.
“Dengan demikian warga tak dirugikan,” pungkasnya. (*)