Tenggarong, intuisi.co-Dinas Kesehatan Kaltim mencatat 1.118 kasus DBD ditemukan di Kukar dari total 5.616 kasus DBD di seluruh Kaltim sepanjang 2023. Masalah DBD di kabupaten tersebut makin mengkhawatirkan karena jumlahnya meningkat setiap tahun.
Bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya memang terjadi lonjakan signifikan, Dinas Kesehatan Kukar pun mengonfirmasi dengan data. Pada 2021, angka DBD di kabupaten tersebut hanya 186 kasus. Setahun kemudian, pada 2022, angka DBD meningkat menjadi 843 kasus dan naik lagi menjadi 1.118 kasus pada 2023. Dinkes Kukar mencatat, kasus DBD rata-rata menyerang kelompok usia 5-15 tahun.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinkes Kukar, menyoroti tiga kecamatan yang menjadi episentrum DBD di tahun 2023, yaitu Sebulu, Muara Kaman, dan Tenggarong Seberang. “Pencegahan DBD itu dimulai dari kesadaran masyarakat,” ujarnya pada Kamis, 6 Juni 2024.
Analisis yang dilakukan oleh Dinkes Kukar mengungkap bahwa ketiga kecamatan tersebut memiliki karakteristik geografis yang serupa, yakni berada di wilayah perairan dan rawa. Kondisi ini, ditambah dengan curah hujan yang tinggi, menciptakan habitat yang ideal bagi nyamuk Aedes Aegypti, vektor utama penyakit DBD, untuk berkembang biak. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya kebersihan lingkungan menjadi faktor yang memperparah situasi.
Menghadapi tantangan ini, Supriyadi menyerukan pentingnya pencegahan dan antisipasi penyebaran DBD. “Kebersihan lingkungan sekitar rumah dan pola hidup sehat sangat perlu diterapkan,” katanya.
Warga Kukar juga diimbau untuk waspada terhadap gejala DBD. Demam tinggi yang berlangsung selama dua hari berturut-turut bisa menjadi indikasi awal penyakit ini. Penanganan yang cepat dan tepat sangat krusial, karena penundaan bisa berakibat fatal.
“Harus segera berobat ke fasilitas kesehatan,” tegas Supriyadi, mengingatkan masyarakat tentang urgensi penanganan medis yang segera bagi penderita DBD.
Dengan langkah-langkah preventif dan responsif yang tepat, diharapkan Kukar dapat mengurangi angka kasus DBD dan melindungi warganya dari ancaman penyakit yang mematikan ini.
Kecamatan Sebulu Paling Rawan
Dari ribuan kasus DBD di Kukar, hampir seperempat dari jumlah kasus DBD di Kukar sepanjang 2023 berasal dari Kecamatan Sebulu. Sebanyak 245 kasus DBD ditemukan di kecamatan tersebut. Malahan, pada awal 2024 ini, kasus DBD di Sebulu tercatat menembus 109 kasus.
Kepala Puskesmas Sebulu I, Abdullah Rahmli, menjelaskan dua penyebab utama masifnya kasus DBD. Pertama, kesadaran masyarakat mengenai kebersihan lingkungan masih minim. Kedua, intensitas hujan yang tinggi pada Desember-Januari menimbulkan genangan di sekitar permukiman.
“Kebiasaan warga membuang sampah tidak di tempatnya juga ikut menjadi faktor utama penyebaran DBD,” terang Abdullah.
Ia melanjutkan bahwa sampah plastik akan sulit terurai setelah dibuang. Sampah-sampah itu akan tertumpuk dan menampung air saat musim hujan. Genangan kemudian menjadi tempat jentik nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak.
Kebiasaan warga menampung air di tempat tidak tertutup ikut menjadi penyebab kasus DBD meningkat. Nyamuk juga hidup berkembang biak di penampungan air bersih. Ini terjadi karena nyamuk demam berdarah kerap bermutasi.
“Kasus DBD di Sebulu bersifat fluktuatif. Penyebaran DBD dipastikan hanya saat musim hujan,” tegasnya.
Dia menambahkan, sejumlah langkah migitasi dan penanganan DBD di seluruh desa juga tengah disiapkan. Tugas itu dibagi antara pemerintah kecamatan dan desa, Dinkes Kukar, dan puskesmas setempat.
“Kami juga memastikan masyarakat segera berobat ke puskesmas ketika demam tinggi yang merujuk ciri-ciri DBD,” pungkasnya. (*)