Review Adolescence: Kisah Pembunuhan Keji Hanya Karena Emoji

intuisi

28 Mar 2025 15:53 WITA

Adolescence (dok Netflix/Adolescence)

Samarinda, intuisi.co– Suara hantaman keras terdengar, pintu keluarga Eddie Miller dibuka secara paksa oleh beberapa polisi. Rumah yang diisi oleh empat anggota keluarga, seketika ramai dengan kepungan polisi bersenjata. Dengan sigap Detektif Luke Bascombe naik ke lantai dua dan terobos sebuah kamar anak. Didapati seorang bocah 13 tahun yang beberapa jam lalu hanyalah anak biasa, kini menjadi buronan, dituduh membunuh teman sekelasnya, Katie.

Kisah ini mengawali series Adolescence. Salah satu serial drama terbaru dari Netflix garapan Stephen Graham. Garis besarnya kurang lebih seperti ini; anak yang kurang kasih sayang dan dibesarkan oleh internet dan medsos. Lalu ujung-ujungnya jadi pembunuh berdarah dingin. Kok bisa. Penasaran? Yuk kita bahas sama-sama.

Netflix kembali menyajikan serial drama yang menggugah dengan “Adolescence,” sebuah miniseri yang mengangkat realitas kelam kehidupan remaja di era digital. Sejak perilisannya pada 13 Maret 2025, serial ini langsung menarik perhatian penonton global dengan pendekatan sinematografi yang unik dan narasi yang kuat.

Serial ini mengeksplorasi berbagai isu sosial seperti perundungan, keterasingan, dan dampak negatif dari subkultur daring yang beracun. Salah satu aspek menarik dalam “Adolescence” adalah penggunaan emoji sebagai simbol komunikasi tersembunyi di antara para karakter remaja.

Berbagai Makna Emoji atau Gambar Karakter

Dalam beberapa adegan, emoji tertentu muncul dalam percakapan online Jamie dan teman-temannya, menyoroti bagaimana remaja menggunakan simbol digital untuk menyampaikan pesan yang lebih dalam.

Misalnya, emoji love yang memiliki banyak warna dan arti. Ternyata tidak hanya memberi kesan suka atau makna cinta, tetapi bisa mengartikan status dan hubungan dari warna di emoji love. Sementara itu, emoji red pill ternyata mengandung arti “telah meminum pil merah”, dengan red pill merujuk pada sesuatu yang menyebabkan seseorang menyadari kenyataan yang sebelumnya disembunyikan dari mereka. Istilah ini banyak digunakan sebagai hinaan terhadap orang-orang.

Para ahli komunikasi digital menyebut fenomena ini sebagai “semiotika modern,” di mana simbol-simbol kecil ini memiliki makna lebih dari sekadar ikon di layar. Dalam konteks “Adolescence,” penggunaan emoji tidak hanya sebagai alat komunikasi antar karakter, tetapi juga sebagai cara untuk menggambarkan perubahan emosi dan tekanan psikologis yang mereka alami.

One Shot Per Episode dengan Acting yang Mengagumkan

Salah satu daya tarik utama “Adolescence” adalah teknik pengambilan gambarnya yang unik. Setiap episodenya direkam dalam satu pengambilan gambar kontinu atau “one shot” tanpa pemotongan atau penggunaan CGI berlebihan. Teknik ini tidak hanya memberikan kesan real-time yang intens, tetapi juga membuat pengalaman menonton semakin mendalam dan autentik.

Terdapat adegan paling menegangkan, ketika Jamie duduk didampingi ayah dan pengacaranya di ruang interogasi, tangannya gemetar di atas meja, sementara polisi melemparkan pertanyaan bertubi-tubi. Setiap pertanyaan yang berkenaan dengan kematian Katie (teman sekolahnya) dia menjawab “no comment” yang berarti ragu untuk mengatakan ya atau tidak.

Kamera menyorot Jamie, menangkap setiap perubahan ekspresi yang mencerminkan rasa bersalah, ketakutan, dan kebingungan. Penyelidikan ini tidak dapat ditepis karena Jamie didapati menusuk Katie dengan pisau sebanyak 7 kali lewat CCTV.

Hal ini dia lakukan karena tidak suka disebut “incel” oleh Katie saat dia posting sesuatu di media sosial Instagram. Sebutan itu berarti pria yang merasa tidak mampu menjalani hubungan romantis dan sering kali memiliki pandangan misoginis.

Adegan lainnya yang juga menggugah emosi dalam “Adolescence” adalah saat Jamie berbincang dengan Briony Ariston, seorang psikolog di pusat rehabilitasi remaja. Dengan suara pelan, ia mencoba menjelaskan perasaannya, tetapi kata-katanya sering terhenti di tengah jalan.

Briony dengan sabar, menanyakan hal-hal kecil namun Jamie merasa diinterogasi dan tidak percaya diri. Perubahan emosi yang ditunjukkan oleh Jamie Miller seperti menyembunyikan latar belakang keluarganya dan bagaimana dia dibesarkan oleh orangtuanya.

Jamie akan marah ketika dia tidak dipuji dan lawan bicaranya tidak menepis pikiran buruk tentang dirinya. Perubahan emosi yang ditunjukkan oleh Jamie Miller seperti menyembunyikan latar belakang keluarganya dan bagaimana dia dibesarkan oleh ibu dan ayahnya.

Adegan ini begitu kuat karena memperlihatkan bagaimana seorang anak yang terjebak dalam sistem peradilan harus berjuang memahami emosinya sendiri, di tengah tekanan yang terus menghantuinya.

Owen Cooper, yang sebelumnya bercita-cita menjadi pemain sepak bola, menunjukkan kemampuan akting luar biasa sebagai Jamie Miller. Karakter Jamie yang kompleks—mulai dari ketakutan, kemarahan, hingga kebingungan—dibawakan dengan sangat meyakinkan.

Angkat Isu Parenting, Hubungan Anak dan Orang Tua

Hanya dalam empat hari pertama, “Adolescence” berhasil mencetak 24,3 juta penayangan, menjadikannya miniseri terbatas dengan jumlah tontonan terbanyak di Netflix. Di Inggris, serial ini bahkan membuat sejarah sebagai program streaming pertama yang menduduki puncak tangga penonton televisi mingguan.

Tak hanya sekadar hiburan, “Adolescence” juga memantik diskusi tentang berbagai isu yang dihadapi remaja masa kini. Tekanan dari media sosial, perundungan, hingga maskulinitas toksik menjadi tema utama yang dikupas secara mendalam.

Banyak orang tua dan ahli yang menganggap serial ini sebagai refleksi penting tentang tantangan yang dihadapi generasi muda, sekaligus menjadi pengingat akan pentingnya komunikasi terbuka dalam keluarga.

Narasi yang kuat, akting yang memikat, dan pendekatan sinematografi yang inovatif, “Adolescence” menjadi salah satu serial terbaik yang dirilis Netflix tahun ini. Serial ini tidak hanya mengagumkan, tetapi juga memberikan wawasan mendalam tentang realitas kehidupan remaja di era digital. Bagi pencinta drama yang penuh emosi dan ketegangan, “Adolescence” adalah tontonan yang tidak boleh dilewatkan. (ara)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!