Review The Accountant 2: Ketika Angka, Luka, dan Darah Menyatu

intuisi

3 Mei 2025 16:34 WITA

Ben Affleck masih dipercaya sebagai protagonis dalam sekuel The Accountant. (istimewa)

Samarinda, intuisi.co-Setelah hampir satu dekade sejak perilisan film pertamanya, Ben Affleck akhirnya kembali membintangi The Accountant 2, sekuel dari film aksi-thriller yang sempat mencuri perhatian pada 2016. Film ini kembali menggali dunia Christian Wolff, seorang akuntan jenius dengan gangguan spektrum autisme yang juga berprofesi sebagai “konsultan” untuk organisasi kriminal.

Dalam The Accountant 2, Christian Wolff tak lagi hanya berhadapan dengan klien berbahaya, tetapi juga harus berurusan dengan masalah keluarga yang selama ini terpendam. Ia dipaksa keluar dari “masa pensiun” setelah adiknya, Braxton Wolff (diperankan oleh Jon Bernthal), terlibat dalam konspirasi besar yang mengancam lebih dari sekadar nyawa mereka.

Berbeda dengan film pertamanya yang berfokus pada aksi dan teka-teki keuangan, sekuel ini menggali lebih dalam sisi emosional Christian. Hubungan kakak-beradik antara Christian dan Braxton menjadi jantung cerita, memperlihatkan bagaimana trauma masa kecil mereka membentuk siapa mereka hari ini.

Sutradara Gavin O’Connor kembali mengarahkan film ini dengan ciri khasnya: aksi cepat, koreografi pertarungan yang realistis, serta pengembangan karakter yang kuat. The Accountant 2 tetap mempertahankan gaya aksi brutal, namun kali ini dibalut dengan drama keluarga yang membuat ceritanya terasa lebih manusiawi dan menyentuh.

Aksi Brutal dan Cerita Lebih Kaya Disuguhkan The Accountant 2

Ben Affleck tampil solid sebagai Christian Wolff, menunjukkan keseimbangan antara dinginnya seorang pembunuh terlatih dan kerentanan seorang saudara yang mencoba melindungi keluarganya. Sementara itu, Jon Bernthal berhasil mencuri perhatian dengan karakternya yang penuh emosi namun tetap “berbahaya”.

Meski secara keseluruhan memuaskan, film ini sedikit melambat di bagian tengah karena banyaknya flashback yang membangun latar belakang emosional kedua tokoh utama. Bagi penonton yang belum menyaksikan film pertamanya, beberapa bagian mungkin terasa agak membingungkan.

The Accountant 2 berhasil menjadi sekuel yang lebih matang, dengan aksi memukau, cerita emosional, dan karakter yang lebih berkembang. Film ini tidak hanya melanjutkan kisah Christian Wolff, tetapi juga memperkaya dunianya dengan sentuhan personal yang kuat.

Sutradara Gavin O’Connor menggunakan pendekatan visual yang sama seperti film pertama — banyak adegan sunyi, pencahayaan naturalis, dan komposisi simetris — namun kali ini lebih berani dalam membiarkan momen berbicara sendiri. Adegan-adegan perenungan Christian disorot dalam close-up panjang, memberi ruang bagi penonton untuk merasakan apa yang ia sembunyikan.

Adegan aksinya brutal, cepat, tapi tak bombastis. Setiap tembakan atau pukulan terasa “nyata” — bukan untuk menghibur, tapi sebagai konsekuensi dari dunia tempat mereka hidup. Koreografi perkelahian terasa seperti catur fisik, presisi dan dingin.

Trauma Masa Lalu Masih Menghantui

Di balik lapisan aksi dan konspirasi, The Accountant 2 adalah film tentang trauma masa kecil, ikatan keluarga, dan maskulinitas yang terluka. Christian dan Braxton sama-sama korban dari ayah militer yang lebih percaya disiplin daripada kasih sayang. Mereka dibesarkan untuk bertahan hidup, bukan untuk mencintai. Maka ketika mereka mencoba saling menyelamatkan, yang dipertaruhkan bukan hanya nyawa, tetapi kemampuan untuk mempercayai kembali.

Film ini juga menyentuh topik spektrum autisme dengan cara yang lebih berani dan peka. Christian bukan hanya “karakter unik,” tapi representasi dari individu neurodivergen yang mampu mengendalikan dunianya — tapi tetap terluka oleh dunia yang tidak pernah berusaha mengerti.

Kesimpulannya, The Accountant 2 adalah sekuel langka yang tak hanya memperluas dunia film pertamanya, tapi juga memperdalamnya. Ia membawa penonton lebih dekat ke dalam jiwa Christian Wolff — sosok yang tak tahu cara mencintai dengan cara dunia, tapi tahu bahwa melindungi berarti segalanya.

Ben Affleck memberi performa terbaiknya dalam beberapa tahun terakhir, dan Jon Bernthal menjadi penggerak emosi film ini. Keduanya, dalam genggaman tangan dingin Gavin O’Connor, menjadikan The Accountant 2 bukan hanya film aksi, tapi kisah tentang penyembuhan, keluarga, dan keberanian untuk kembali dari kegelapan.

Sementara itu, untuk pengembangan karakter begitu kuat menjadi daya tarik. Demikian pula dengan dinamika kakak-adik yang menjadi fondasi cerita. Sayangnya, alur agak melambat di pertengahan saat memasuki drama keluarga. Hal yang sama dengan subplot konspirasi keuangan terasa terlalu rumit untuk penonton umum.

Namun, film ini sangat laik untuk menjadi tontonan di akhir pekan. Kini, The Accountant 2 kini sudah tayang di bioskop-bioskop Indonesia dan wajib masuk daftar tonton untuk para pecinta film aksi cerdas dengan sentuhan drama. Skor Akhir: 8.2 / 10. (ara)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!