Samarinda, intuisi.co-Masuk ke season kedua, Weak Hero Class berpindah ke level selanjutnya. Yeon Si-eun (Park Ji-hoon) yang dulu dikenal sebagai bocah jenius berperawakan rapuh, kini berjalan sendirian. Bekas luka dari pengkhianatan dan kekerasan masa lalunya belum sembuh.
Dunia yang dulu hanya sebatas ruang kelas kini meluas, menjadi medan yang lebih ganas: jalanan kota, geng sekolah, dan sistem sosial yang menelan yang lemah hidup-hidup. Bahasa kerennya homo homini lupus! Intinya, setelah tragedi memilukan yang menimpa sahabatnya di akhir musim (season) pertama, Yeon Si-eun (Park Ji-hoon) memilih menghilang dari sekolah formal.
Terluka, kosong, dan diliputi rasa bersalah, Si-eun kini mencoba bertahan hidup di lingkungan baru yang jauh lebih keras. Dunia sekolah kejuruan dan jalanan yang penuh kekerasan brutal dan tanpa hukum. Di sinilah Si-eun bertemu dengan Jang Hyun (Lee Jae-wook), pemimpin kelompok remaja jalanan yang menguasai area sekitar.
Jang Hyun melihat potensi besar dalam Si-eun—akalnya yang tajam, refleksnya yang cepat, dan rasa marah yang membara di balik wajah datarnya. Perlahan, Jang Hyun menarik Si-eun ke dalam dunia kekerasan terstruktur: pertarungan antar-geng, perebutan wilayah, dan pertempuran harga diri yang dipertaruhkan lewat darah dan luka.
Sementara itu, Um Seung-hyun (Bae Na-ra) muncul sebagai sosok misterius yang tampaknya lemah, namun diam-diam memiliki peran penting dalam jaringan kekuasaan antargeng. Dengan kehadiran Seung-hyun, Si-eun mulai sadar bahwa dunia ini lebih kompleks dari sekadar kuat atau lemah. Politik, pengkhianatan, dan jebakan tersebar di setiap sudut.
Konflik memuncak ketika Si-eun harus memilih: tetap berpegang pada nilai-nilai moral lamanya, atau melepaskan segalanya demi bertahan hidup di dunia yang tidak lagi mengenal belas kasihan. Pertarungan di gudang kosong menjadi titik balik — saat Si-eun, untuk pertama kalinya, bertarung bukan untuk bertahan, tetapi untuk menyerang bahkan menghancurkan.
Dalam perjalanan ini, Si-eun menyadari satu hal: untuk melawan monster, terkadang kau harus menjadi monster itu sendiri.

Beda Season Pertama dan Kedua Weak Hero Class 2
Weak Hero Class 2 membawa kita lebih jauh dari sekadar kisah balas dendam atau kekerasan remaja. Ini adalah kisah tentang bertahan hidup di dunia yang mengajarkan bahwa untuk menjadi kuat, kamu harus siap kehilangan bagian terbaik dari dirimu.
Sang aktor, Park Ji-hoon sekali lagi menghadirkan performa dingin dan menyayat. Tanpa banyak kata, lewat pandangan matanya yang kosong, ia menunjukkan bahwa pahlawan sejati tidak selalu menang — mereka hanya bertahan, walau terluka parah di dalam.
Sutradara Han Jun-hee menghindari glorifikasi kekerasan. Setiap pertarungan terasa berat, kacau, dan mengerikan. Tidak ada pahlawan, hanya anak-anak muda yang berusaha keras untuk tetap hidup dalam dunia yang menganggap mereka tak lebih dari angka statistik. Secara singkat antara season pertama dan kedua punya warna yang signifikan.
Detailnya begini; Season pertama fokus pada kekerasan sekolah biasa: bullying, geng kecil, dan persahabatan. Kemudian tone lebih realistis, dengan harapan bahwa “akal sehat” dan “loyalitas teman” masih bisa menyelamatkan.
Sementara season atau musim kedua akan terasa gelap total: dunia kekerasan sudah berubah menjadi sistem yang terorganisasi, penuh pengkhianatan, politik antar-geng, dan harga diri yang dikorbankan. Tidak ada lagi konsep “adil” — semua anak harus memilih: menjadi monster, atau dimakan oleh monster.

Kesimpulan Weak Hero Class 2
Sejauh ini, pertarungan brutal di gudang kosong merupakan scene paling mencekam. Kala itu Si-eun dan Jang Hyun harus bertarung tanpa senjata menghadapi lawan yang jumlahnya dua kali lipat.
Cahaya minim, suara napas berat, darah yang perlahan memenuhi lantai, dan tatapan Si-eun yang perlahan kehilangan cahaya “manusia” di matanya. Di sinilah kita melihat perubahan total Si-eun: dia tidak lagi berkelahi untuk membela diri, tetapi untuk bertahan hidup. Apapun harganya.
Weak Hero Class 2 menolak konklusi heroik. Bahkan saat Si-eun “menang”, kita tahu ia kehilangan sebagian dirinya di proses itu. Film ini berani mengatakan: tidak semua luka bisa sembuh, dan dunia kadang terlalu rusak untuk diperbaiki.
Tema besar lain yang kuat: bagaimana kekerasan bukan hanya produk individu, tapi sistem. Bukan hanya soal si kuat melawan si lemah — tetapi tentang bagaimana semua orang di dalam sistem itu akhirnya menjadi korban.
Weak Hero Class 2 bukan tontonan ringan. Ini kisah yang menuntut empati, memperlihatkan bagaimana rasa sakit tumbuh di tempat-tempat tersembunyi. Bagi yang mencari drama sekolah biasa, ini mungkin terlalu kelam.
Tapi, bagi yang ingin menyaksikan bagaimana sinema Korea mengeksplorasi kehilangan, kekerasan, dan pencarian identitas, Weak Hero Class 2 adalah sebuah karya yang mengguncang — dalam arti terbaiknya. Kami memberikan skor 9 dari 10 untuk sinema ini. Silakan menonton di platform kesukaaan kamu ya! (*)