Sorotan

Sering Meleset dan Tak Dianjurkan WHO, Pemkot Samarinda Betah Pakai Rapid Test

Selain diujikan secara gratis untuk umum, rapid test juga dikomersilkan untuk pasien pemeriksaan mandiri. Juga digunakan untuk penelusuran kasus.

Samarinda, intuisi.co – Penggunaan rapid test dalam mendeteksi covid-19 kerap jadi perdebatan. Hasilnya kerap meleset atau palsu. Sedangkan biaya yang dikenakan juga tak sedikit. Sehingga penggunaannya kerap dilabeli buang-buang uang.

Meski demikian, pola ini nyatanya masih digunakan Pemkot Samarinda. Bahkan meski Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah tak merekomendasikan penggunaan rapid test. Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, Ismid Kosasih pun angkat bicara.

Menurutnya, penggunaan rapid test di Samarinda digunakan untuk tracing kasus virus corona. Sehingga tidak tepat bila disebut pemborosan. Yang digunakan pun rapid test berbasis Immunofluorescence Assay (IFA). Bukan manual.

Dalam penerapannya, rumah sakit juga masih menggunakan rapid test sebagai penelusuran awal kasus kasus. Di samping juga ada yang dikomersilkan bagi pemeriksaan mandiri. “Kalau yang adakan rapid dan swab test massal dari gugus tugas, ya gratis. Kan yang biayai pemerintah. Tapi kalau komersil ya bayar,” lanjut Ismid.

Menurutnya, rapid test masih sangat diperlukan mengingat kemampuan PCR juga masih terbatas dan memakan waktu. “Ingat hasil reaktif dan non-reaktif ini bisa bikin tenang sebelum dilanjutkan ke swab test,” sambungnya.

Pengujian Massal

Sejauh ini, sudah beberapa kali rapid dan swab test massal berlangsung di Samarinda. Informasi dihimpun intuisi.co, rapid dan swab test massal pertama diadakan di pintu masuk menuju Samarinda di kawasan Loa Janan. Berlanjut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Selili, Jalan Lumba-Lumba, Samarinda Ilir. Ditunaikan sebelum Lebaran atau pertengahan Mei 2020.

Selanjutnya di posko banjir Jalan DI Panjaitan, Kelurahan Temindung Permai, Sungai Pinang dan terakhir Pasar Segiri di Jalan dr Soetomo, Kelurahan Sidodadi, Samarinda Ulu. Dilaksanakan awal Juni.

Yang terakhir, rapid dan swab test massal dilangsungkan pada 19-25 Juni di empat lokasi. Mulai halaman Diskes Samarinda, Pelabuhan Samarinda, Pelabuhan Palaran, dan terakhir di Klinik Islamic Center. “Kalau yang rapid test sebagian besar non-reaktif. Dilakukan sejak 3 bulan lalu dengan 8 ribu peserta,” sebut Ismid Kosasih, kepala Dinas Kesehatan (Diskes) Samarinda, dikonfirmasi Selasa siang, 23 Juni 2020.

Dari rentetan pengujian massal tersebut, ada 3.200 sampel dari target 4.000 spesimen diuji swab. Tersisa 277 masih dalam proses pemeriksaan. Sedangkan 657 hasil sebelumnya terkonfirmasi negatif.

Sejauh ini, ada 65 kasus akumulatif covid-19 di Samarinda. Dan telah 53 pasien dinyatakan sembuh. Sedangkan satu lainnya meninggal dunia. Maka tersisa 11 pasien masih dalam perawatan.

“Tes swab ini baru sebulan, sebelumnya kan kirim Surabaya. Semakin banyak yang di-swab lebih baik lagi kasus bisa ditelusuri. Rantai penyebaran juga cepat dipangkas,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.