Seruan Hari Bumi 2025: Mari Jaga Bersama Planet Kita!

intuisi

26 Apr 2025 22:45 WITA

Ilustrasi hari bumi. (istimewa)

Samarinda, intuisi.co-Setiap 22 April, dunia memperingati Hari Bumi, sebuah momentum global untuk merenungkan nasib planet yang menjadi rumah bagi seluruh kehidupan. Tahun ini, peringatan Hari Bumi ke-55 menyerukan seruan yang lebih keras: “Our Power, Our Planet”, mengajak seluruh masyarakat dunia mempercepat transisi ke energi bersih dan menggandakan produksi listrik terbarukan sebelum 2030.

Sejak digagas, Hari Bumi bertujuan meningkatkan kesadaran lingkungan, mempromosikan konservasi, dan memperkuat upaya keberlanjutan. Dilansir dari Forum Ekonomi Dunia, partisipasi dalam Hari Bumi dapat dilakukan melalui aksi-aksi sederhana seperti menanam pohon, memungut sampah, hingga kampanye literasi lingkungan. Semua bertujuan melawan penggundulan hutan, kepunahan spesies, serta berbagai bentuk degradasi ekosistem.

Peringatan tahun ini menjadi semakin penting di tengah kondisi bumi yang kian memanas. Para ilmuwan memperingatkan, tanpa tindakan tegas untuk menahan emisi gas rumah kaca, suhu global dapat melonjak hingga 3,2 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri pada 2100—sebuah bencana yang mengancam semua bentuk kehidupan.

Dalam satu dekade terakhir (2015–2024), bumi mencatatkan rekor suhu terpanas. Data Organisasi Meteorologi Dunia menunjukkan bahwa tahun 2024 kemungkinan besar menjadi tahun pertama dalam sejarah dengan rata-rata suhu global 1,5 derajat Celsius di atas era pra-industri, yakni sekitar 1,55 derajat Celsius lebih hangat dibandingkan rata-rata 1850–1900.

Tak hanya itu, Laporan Risiko Global 2025 dari Forum Ekonomi Dunia mengungkapkan bahwa risiko lingkungan mendominasi daftar 10 ancaman teratas dekade mendatang. Peristiwa cuaca ekstrem, keruntuhan ekosistem, dan perubahan kritis pada sistem Bumi berada di posisi tiga besar risiko yang dihadapi umat manusia.

Alam sejatinya adalah sekutu terbaik dalam melawan krisis iklim. Sepuluh tahun terakhir, alam mampu menyerap 54 persen emisi karbon dioksida yang dihasilkan manusia. Namun, eksploitasi berlebihan terhadap laut, daratan, dan keanekaragaman hayati kini mengancam sekitar 80 persen spesies yang terancam punah.

Hari Bumi kini bukan sekadar seremoni, melainkan panggilan global untuk bertindak: sebagai warga negara, sebagai komunitas, dan sebagai individu. Masa depan umat manusia, pada akhirnya, sangat bergantung pada bagaimana merawat satu-satunya planet yang dimiliki bersama. (*)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!