Siapa Marsinah? Nama yang Selalu Ada saat Demo Buruh

intuisi

1 Mei 2025 21:55 WITA

Marsinah
Penyelidikan kasus Marsinah tak tuntas hingga kini. (Istimewa)

Samarinda, intuisi.coNama Marsinah selalu menggema dalam setiap unjuk rasa buruh. Ia bukan tokoh besar, bukan pejabat serikat, melainkan seorang buruh perempuan dari desa kecil di Jawa Timur—namun kisah hidup dan kematiannya menjadi simbol paling tragis sekaligus heroik dalam sejarah gerakan buruh Indonesia.

Marsinah lahir pada 10 April 1969 di Desa Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur. Ia dikenal sebagai sosok rajin dan cerdas. Selepas lulus SMA, ia bekerja sebagai buruh di PT CPS, sebuah pabrik arloji di Sidoarjo. Di tengah keterbatasan sebagai buruh pabrik, dia memiliki keberanian lebih dari kebanyakan orang. Ia aktif menyuarakan hak-hak buruh, terutama soal upah minimum yang saat itu diabaikan perusahaan.

Awal Mei 1993, dia dan rekan-rekannya melakukan mogok kerja, menuntut pelaksanaan keputusan Gubernur Jatim tentang kenaikan upah minimum menjadi Rp 2.250 per hari. Namun, langkah itu berujung pada intimidasi: sembilan buruh dipanggil oleh Kodim Sidoarjo dan dipaksa mundur dari pekerjaannya. Dia, yang tak gentar, mendatangi Kodim untuk menanyakan alasan pemanggilan tersebut. Setelah itu, ia menghilang.

Mayatnya ditemukan tiga hari kemudian di hutan Wilangan, Nganjuk. Tubuhnya penuh luka bekas penyiksaan, tulang panggul retak, mulut robek, organ dalam rusak. Diduga kuat, Marsinah diculik, disiksa, dan dibunuh oleh aparat yang tak ingin suara buruh didengar.

Penyelidikan kasus Marsinah dipenuhi kejanggalan. Sembilan orang sempat dituduh, namun mengaku mendapat tekanan untuk mengakui perbuatan yang tidak mereka lakukan. Hingga kini, kasus pembunuhan Marsinah tak pernah terungkap tuntas. Tak satu pun pelaku sebenarnya dibawa ke meja hijau.

Meski jasadnya dibungkam, suaranya tak pernah padam. Marsinah menjadi simbol keberanian perempuan kelas pekerja melawan kekuasaan yang menindas. Dalam setiap aksi buruh, namanya terus disebut: sebagai peringatan bahwa perjuangan menuntut keadilan bisa berharga nyawa, dan sebagai pengingat bahwa kekuasaan harus selalu diawasi. (*)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!