Siapa Sosok Paus Leo XIV dari Amerika Serikat?

Paus Leo XIV menggantikan Paus Fransiskus--yang wafat pada usia 88 tahun

intuisi

9 Mei 2025 09:11 WITA

Paus Leo

Jakarta, intuisi.co-Paus Leo XIV akhirnya menjadi paus selanjutnya untuk pemimpin seluruh umat Katolik di dunia. Juan sebelum itu, asap putih mengepul dari cerobong Kapel Sistina, Kamis sore (8/5/2025) waktu Vatikan, disambut sorak sorai di Lapangan Santo Petrus. Isyarat tua berusia berabad-abad itu menandai satu hal: dunia Katolik telah memiliki Paus baru.

Tak lama berselang, pintu balkon Basilika Santo Petrus terbuka. Seorang pria berwajah teduh melangkah ke depan, mengenakan jubah putih bersih dengan salib tergantung di dadanya.

Dengan suara tenang, ia menyapa jutaan pasang mata yang menatap dari berbagai penjuru dunia. “Habemus Papam,” ujar juru bicara Gereja. “Kami punya Paus.”

Namanya Paus Leo XIV, terlahir dengan nama Robert Francis Prevost, menjadi Paus ke-267 Gereja Katolik Roma dan—untuk pertama kalinya dalam sejarah dua milenia—berasal dari Amerika Serikat.

Prevost bukan wajah asing di lingkaran Vatikan. Sebagai sosok moderat yang dekat dengan almarhum Paus Fransiskus, ia pernah mengemban tugas misionaris selama bertahun-tahun di Peru, jauh dari kegemerlapan institusi gerejawi Roma.

Kariernya menanjak stabil—tanpa sensasi—hingga dipercaya menjabat sebagai Prefek Dikasteri untuk Uskup, salah satu posisi paling strategis dalam struktur Vatikan.

Kini, setelah dua hari konklaf dan tiga kali suara gagal—yang ditandai asap hitam—133 kardinal akhirnya memilih pria 69 tahun itu sebagai pemimpin 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.

Arah Kepemimpinan Paus Leo XIV

Pemilihannya menjadi babak baru bagi Gereja yang tengah mencari arah: di tengah dunia yang berubah cepat, diselimuti krisis lingkungan, ketimpangan sosial, serta ketegangan internal seputar isu modernitas dan doktrin.

Paus Leo XIV menggantikan Paus Fransiskus, yang wafat pada usia 88 tahun. Meski belum banyak pernyataan publik dari Leo XIV, jejak kariernya memberi petunjuk: dia kemungkinan melanjutkan pendekatan Fransiskus yang menekankan gereja yang melayani, bukan hanya memimpin.

Namun, bukan berarti tak ada tantangan. Paus baru akan menghadapi gesekan di tubuh gereja: dari kelompok konservatif yang khawatir gereja terlalu longgar, hingga kalangan progresif yang mendesak reformasi lebih jauh, termasuk soal peran perempuan dan sikap terhadap komunitas LGBTQ+.

Dari Boston ke Vatikan, dari Peru ke takhta Petrus, Leo XIV membawa latar belakang unik yang tak hanya melambangkan keterbukaan, tapi juga transisi global Gereja Katolik—dari pusat lama Eropa ke dunia yang lebih majemuk dan dinamis.

Pemilihan Paus Leo XIV menjadi titik harapan baru, terutama bagi wilayah-wilayah di luar Eropa yang selama ini merasa kurang terwakili.

Dengan latar belakang internasional dan pendekatan misi yang membumi, banyak umat berharap kepemimpinannya dapat menjadi jembatan antara tradisi dan pembaruan, serta antara iman dan realitas sosial.

Kini semua mata tertuju pada sosok sederhana dari Amerika ini. Akankah dia menjadi jembatan yang dibutuhkan Gereja untuk menyongsong masa depan. (*)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!