Simpang Odah Etam Disulap Dispar Kukar Jadi Ruang Budaya

intuisi

12 Apr 2025 10:12 WITA

Simpang Odah Etam (SOE) sebagai titik awal pengembangan Tenggarong menuju kota budaya modern dan inklusif. (Kontributor intuisi.co)

Tenggarong, intuisi.co- Transformasi Kecamatan Tenggarong sebagai ikon budaya yang modern, hidup, dan dinamis terus digencarkan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Hal ini ditandai dengan aktivasi kawasan Simpang Odah Etam (SOE) yang dirancang sebagai ruang publik sekaligus pusat pertemuan ekonomi kreatif dan panggung budaya terbuka.

Plt Kepala Dinas Pariwisata Kukar, Arianto, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari strategi besar untuk menjadikan Tenggarong tidak hanya kaya dengan warisan budaya, tetapi juga menjadi kota yang siap menghadirkan wajah baru yang inklusif dan kreatif.

“Kami ingin Tenggarong memiliki denyut budaya yang nyata. Di Simpang Odah Etam, warga bisa tampil, berkarya, dan berpartisipasi langsung. Di sinilah jantung kota budaya modern yang sedang kita bangun, tidak hanya di balik layar, tetapi di tengah keramaian,” ujar Arianto, Sabtu (12/4/2025).

SOE, yang terletak di titik strategis dekat Museum Mulawarman dan kawasan heritage lainnya, kini rutin menjadi lokasi pagelaran seni, pertunjukan musik, dan bazar UMKM setiap akhir pekan. Warga tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga terlibat langsung sebagai pelaku dalam kegiatan-kegiatan tersebut.

Dispar Kukar berencana untuk mengintegrasikan SOE dengan Taman Titik Nol dan kawasan Pujasera Menara Tuah Himba, menciptakan poros budaya dan ekonomi kreatif baru yang saling terhubung.

“Dispar Kukar siapkan ekosistemnya: tempat untuk tampil, tempat untuk jajan, ruang interaksi. Semua itu terhubung, agar tidak hanya menarik wisatawan, tetapi juga membentuk identitas urban yang kuat bagi warga,” tambah Arianto.

Selain fokus pada infrastruktur fisik, Dispar Kukar juga mendorong pengembangan soft economy. Komunitas seni, pelaku UMKM, dan anak muda dilibatkan dalam kurasi kegiatan, pelatihan promosi digital, serta produksi konten budaya untuk media sosial.

Arianto berharap kesuksesan SOE dapat menjadi titik awal untuk mengembangkan ruang publik serupa di kecamatan lainnya. Dispar Kukar ingin menjadikan kreativitas dan budaya sebagai pilar utama pembangunan kota, bukan sekadar pelengkap.

“Kota budaya modern tidak dibangun hanya dengan satu gedung besar, tapi dengan ruang-ruang kecil yang hidup. Kami ingin Kukar memiliki banyak ruang seperti ini, dimulai dari Tenggarong,” jelas Arianto.

Melalui langkah ini, Tenggarong tidak hanya siap menyambut wisatawan, tetapi juga mempersiapkan diri untuk masa depan sebagai kota budaya yang berjiwa muda, hidup, dan terus berkembang. (adv/ara)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!