Tanah Longsor KM 28 Desa Batuah Picu Respons Pemkab Kukar

intuisi

26 Apr 2025 10:33 WITA

tanah longsor
Peristiwa tanah longsor kembali terjadi di KM 28 Desa Batuah RT 25, Kecamatan Loa Janan, Kukar. (Kontributor intuisi.co)

Tenggarong, intuisi.co- Tanah longsor kembali melanda kawasan rawan di KM 28 Desa Batuah, Kamis malam (24/4/2025). Lokasi kejadian berada tak jauh dari jalur utama Balikpapan–Samarinda yang menjadi akses penting antarwilayah di Kalimantan Timur.

Insiden ini memicu kekhawatiran warga serta menambah daftar titik bencana di Kecamatan Loa Janan. Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut diduga memicu amblasnya badan jalan, yang kemudian ramai dibagikan di media sosial dalam bentuk video dan foto.

Menanggapi kejadian tersebut, Camat Loa Janan, Hery Rusnadi, langsung meninjau lokasi dan menyampaikan keprihatinannya. Ia menekankan pentingnya perhatian serius terhadap kawasan KM 28 yang sudah berulang kali mengalami longsor.

“Kami sangat prihatin, karena ini bukan kali pertama kejadian seperti ini terjadi. Beberapa waktu lalu titik ini juga sempat mengalami longsor. Ini harus segera ditindaklanjuti, karena menyangkut keselamatan pengguna jalan dan warga sekitar,” ujar Hery saat ditemui Sabtu (26/4/2025).

Hery menjelaskan bahwa meskipun lokasi longsor berada dalam wilayah Kecamatan Loa Janan, status jalannya termasuk dalam jaringan jalan nasional, sehingga penanganannya menjadi tanggung jawab Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Kaltim.

Namun demikian, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara melalui Dinas PU telah mengambil langkah darurat dengan memasang rambu peringatan dan pengamanan di sekitar lokasi.

“Pemkab melalui Dinas PU sudah turun, dan langkah awal seperti pemasangan rambu serta pengamanan jalur sudah dilakukan. Tapi tentu kami mendorong agar Balai Jalan Nasional segera turun tangan dengan solusi jangka panjang,” tegas Hery.

Usulan Kajian Ilmiah atas Dugaan Aktivitas Tambang

Camat Hery juga mengangkat kekhawatiran warga terkait dugaan dampak aktivitas pertambangan di sekitar lokasi terhadap kondisi tanah. Walaupun belum ada bukti resmi, ia mengusulkan agar dilakukan kajian akademis untuk mengidentifikasi penyebab longsor secara ilmiah.

“Warga menilai aktivitas tambang memperparah kondisi tanah, tapi ini perlu kajian ilmiah. Kami mengusulkan agar tim ahli dari Universitas Mulawarman (Unmul) bisa melakukan penelitian geologis di lokasi ini,” jelasnya.

Menurutnya, hasil kajian tersebut bisa menjadi dasar mitigasi jangka panjang yang dapat dilaksanakan oleh pemerintah maupun perusahaan di wilayah sekitar. Pasalnya, kejadian longsor ini tidak hanya merusak akses jalan, tetapi juga mengancam pemukiman warga.

Beberapa rumah berada sangat dekat dengan titik longsor, bahkan satu rumah ibadah diketahui ikut terdampak. Warga yang tinggal di zona rawan pun memilih mengungsi sementara ke rumah keluarga untuk menghindari kemungkinan longsor susulan.

“Kami sudah koordinasi dengan pihak desa dan RT setempat. Saat ini, warga terdampak masih tinggal sementara di rumah keluarga. Tapi kami pastikan kebutuhan dasar mereka tetap dipantau,” ujar Hery.

Ia menambahkan, karakteristik tanah di wilayah Loa Janan memang dikenal labil. Sejak sebelum ada pembangunan jalan tol dan kawasan industri, pergerakan tanah sudah kerap terjadi di kawasan ini, termasuk di KM 28 yang beberapa kali telah diaspal ulang namun tetap mengalami kerusakan.

“Tanah di sini memang rawan bergerak. Meskipun diperbaiki, kalau tak ditangani secara geoteknis, ya tetap turun. Jadi memang perlu perencanaan perbaikan yang lebih serius dan berbasis hasil kajian akademik,” tegas Hery.

Perhatian juga datang dari legislatif. Hery menyampaikan bahwa anggota DPRD Kukar telah melakukan peninjauan dan dalam waktu dekat akan digelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama instansi terkait, termasuk Balai Jalan, Dinas PU, dan pihak swasta di sekitar kawasan.

“Kami harap dari RDP nanti ada kejelasan tanggung jawab dan langkah konkret. Kami ingin tidak hanya menambal jalan, tapi juga mengamankan area sekitarnya agar tidak membahayakan warga lagi,” pungkasnya.

Warga Loa Janan kini berharap kawasan KM 28 tidak lagi menjadi titik langganan longsor setiap kali musim hujan tiba. Hery menegaskan komitmennya untuk terus mengawal proses penanganan, demi keselamatan dan kenyamanan masyarakat. (adv/ara)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!