Tanggapan KPU Samarinda soal Dugaan Intimidasi Saksi Andi Harun-Rusmadi
KPU Samarinda menanggapi dugaan tindakan intimidasi terhadap saksi calon wali kota/wakil wali kota Samarinda Andi Harun-Rusmadi.
Samarinda, intuisi.co – Komisioner KPU Samarinda, Ihsan Hasani menjawab bahwa tak bisa memberikan pendapat ataupun penilaian terkait adanya peristiwa dugaan intimidasi yang dilakukan orang tak dikenal kepada pelatih saksi pasangan calon nomor urut 02 yang terjadi beberapa hari lalu.
Hal itu ia jawab saat dikonfirmasi awak media, Minggu, 6 Desember 2020. “Ya,” jawab Ihsan Hasani.
Pasalnya, disampaikan bahwa dalam Peraturan Komisi Pemilihan Umum (PKPU), persoalan pemberian honor untuk saksi maupun pelatihan tak ada disebutkan.
“Masing-masing saja itu, internal itu. Di PKPU tak ada menyebutkan soal honor untuk saksi, Tak ada juga aturan yang mengatur untuk saksi diberikan pelatihan. Tak ada hal itu,” ujarnya.
“Tak ada aturan itulah yang membuat dirinya tak bisa berikan penilaian atau pendapat.
Ya, enggak ada disebutkan, hanya membahas perhitungan dan rekapitulasi (suara),” ujar Ihsan.
Kronologis Kejadian
Sebelumnya, diberitakan, sehari jelang memasuki hari tenang, Jumat malam, 4 Desember 2020, jagat digital Samarinda dihebohkan dengan video penggerebekan “money politics.”
Dalam video berdurasi 20 detik lebih itu, seorang perempuan memasukkan uang pecahan Rp 100 ribu ke amplop putih. Di sampingnya terdapat daftar isi dengan kop gambar paslon tertentu.
Spekulasi pun bermunculan. Aparat pemilu diminta bertindak. Sebagai tanggung jawab pers, media ini pun berupaya mendapatkan klarikasi secara langsung kepada wanita yang terekam dalam video tersebut.
Dari penelusuran media ini, diketahui bahwa wanita berjilbab merah mudah itu bernama Rusmawati. Dia merupakan pelatih relawan Tempat Pemungutan Suara (TPS) paslon nomor 2.
Kepada media ini, Rusmawati menceritakan kejadian tidak mengenakkan yang dia alami. Di depan kamera Rusmawati menceritakan dengan detail kejadian itu. Peristiwa itu terjadi saat dia mempersiapkan honor para relawan yang sejatinya terdaftar secara resmi di Badan Pemenganan Pasangan Andi Harun-Rusmadi yang bertugas untuk memantau TPS.
Saat dia ingin membagikan honor tersebut kepada relawan, tiba-tiba orang tak dikenal dengan mengenakan masker kain dan bertopi hitam datang mendobrak pintu.
Pria dengan HP di genggaman sambil mengancam dan mengambil semua amplop dan berkas honor relawan yang dibawa Rusmawati.
Dalam penggerebakan itu, pria bermakser kain cokelat tersebut ditemani 4 hingga 5 lima rekannya. Datang dan mengintimidasi ibu-ibu relawan Andi Harun-Rusmadi.
Dari video yang viral di sejumlah lini masa, lima pria yang belum identitasnya tidak diketahui itu menuding jika aktivitas yang dilakukan Rusmawati dan rekannnya merupakan money politics jelang 9 Desember.
Melawan Balik
Dituding seperti itu, Rusmawati melawan dan memprotes balik. “Saya protes dan sempat diancam,” terang Rusmawati. Bukannya argument balik yang dia dapat, justru kekerasan dan dari oknum tersebut. Dia memastikan bahwa tudingan itu tidak betul. Di amplop memang ada uang Rp 200 ribu. “Tapi itu untuk honor relawan TPS,” tegasnya.
Untuk membuktikan hal tersebut, Rusmawati bahkan menunjukkan bukti berupa Surat Tugas Nomor: 86/A/BP AH-RUS/XII/2020 yang diterbitkan tanggal 1 Desember 2020.
Rusmawati beradu argument dengan gerombolan pria itu. Dia menjamin bahwa aktivitasnya bukan membagikan amplop untuk menggiring pemilih mencoblos paslon teretentu.”Ini untuk para relawan TPS,” paparnya.
Dia mengaku menyiapkan 54 orang. “Tapi saat kejadian sebagian saja yang hadir,” urainya. “Jadi ini mutlak untuk gaji para relawan,” tegasnya lagi.
Rusmawati merupakan relawan Andi Harun-Rusmadi yang bertugas di TPS 07 di Gang 9, Muso Salim, Kelurahan Karang Mumus, Samarinda Kota. Beberapa kali even demokrasi digelar, dia memang kerap bertugas mengkoordinir saksi yang ditempatkan di TPS.
Media ini pun berupaya mencari tahu keberadaan rombongan pria yang telah mendobrak rumah Rusmawati tersebut. Namun hingga Sabtu dini hari, 5 Desember 2020, upaya pencarian tidak berhasil. Sesekali awak media ini melakukan pendekatan persuasif dan berdiskusi dengan warga sekitar perihal keberadaan pria dengan ciri-ciri tersebut. Namun tidak ada satu pun yang mengetahui. (*)