Samarinda, intuisi.co – Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Klas IIA Samarinda mendadak jadi perbincangan. Musababnya adalah kematian seorang narapidana yang penuh tanda tanya. Semula tak ada yang mencurigakan. Disebut meninggal dunia karena penyakit. Belakangan didapati sejumlah lebam di beberapa bagian tubuh jenazah bernama Ahmad Syukur tersebut.
Ahmad Syukur yang berusia 35 tahun, meninggal dunia di rumah sakit pada Selasa subuh, 11 Februari 2020. Sempat disemayamkan ke rumah duka di Jalan Gunung Pasir, RT 38, Kelurahan Melayu, Kecamatan Tenggarong, Kutai Kartanegara.
“Awalnya kami tak curiga. Tapi saat memandikan jenazah, tubuh bagian belakang sangat jelas memarnya. Saya pikir tak wajar,” ucap Sugianto, 44 tahun, saudara kandung Syukur.
Bukan hanya satu lebam didapati Sugianto. Malah ada enam. Merasa janggal dengan kondisi saudaranya, ia segera mengambil ponsel pintarnya. Dibukanya kamera dan mengambil foto di bagian tubuh yang lebam.
Proses pemakaman jenazah pun dihentikan. Sugianto berembuk bersama rekan dan keluarga. Atas kesepakatan bersama, jenazah kembali diangkut ke mobil ambulans. Dibawa menuju RSUD AW Sjahranie Samarinda. Tiba sekitar pukul 14.00 Wita.
Pihak keluarga menduga almarhum lebih dulu dikeroyok sebelum meregang nyawa. Akhirnya dugaan tersebut dibawa ke Polresta Samarinda, Selasa sore.
Sugianto semula mendapat kabar dari saudaranya di Kutai Timur (Kutim) perihal Ahmad Syukur yang sakit parah. Saat itu ia sedang dilarikan ke RSUD AW Sjahranie. Senin sore, 10 Februari 2020. “Kemudian saya tiba di rumah sakit sekitar pukul 8 malam,” tutur Sugianto.
Setelah melengkapi semua administrasi rumah sakit, Sugianto akhirnya berjumpa dengan Ahmad Syukur. Namun tak banyak kata diucapakan. Ahmad Syukur hanya sempat meminta infus di sisi kirinya dipindah ke bagian kanan lengannya.
“Dia juga minta badannya dimiringkan. Katanya sakit bawahnya (badan). Sama dia ngeluh kaki dan perutnya bengkak,” terang Sugianto.
Mengaku Dikeroyok
Setelah menjenguk dan memastikan kondisi sang adik, Sugianto kembali ke kediamannya di Kukar. Merasa semua bisa baik-baik saja, Sugianto terkejut mendapatkan kabar lanjutan bawah sang adik meninggal dunia subuh keesokannya.
Melihat kondisi jenazah yang lebam-lebam, Sugianto teringat penuturan almarhum enam bulan silam. Sang adik sempat menelpon istrinya dan melaporkan kondisinya di Lapas Kelas II A, Jalan Jendral Sudirman, Samarinda Kota. Ahmad Syukur disebut kerap mendapatkan penganiayaan. Dilakukan beberapa teman satu sel tahanannya. Juga ada seorang oknum petugas penjagaan.
Ahmad Syukur baru setahun terakhir mendekam di Lapas Klas IIA Samarinda. Sebelumnya, tiga tahun silam, masa tahanan dijalani di Lapas Tenggarong dengan putusan hukum selama lima tahun penjara karena kasus narkotika.
Kepala Lapas (Kalapas) Klas II A Samarinda, M Ilham Agung, membantah dugaan penganiayaan sebagai musabab kematian Syukur. Kepada awak media saat dijumpai di ruang kerjanya, Ilham mengaku sempat mendampingi saat Syukur di rumah sakit. Mengklaim tak satupun keluhan soal penganiayaan dari mulut Syukur. “Kondisinya saat itu masih sempat ngobrol dengan petugas kami,” tutur Ilham.
Dari informasi yang dihimpun redaksi intuisi.co, pada Desember 2019, Ahmad Syukur diketahui kerap keluar masuk klinik kesehatan Lapas Klas II A Samarinda. Kondisinya tidak begitu stabil. Dari enam kali kujungan klinik, petugas tak menerima keluhan tindak kekerasan.
Namun, atas pengakuan Syukur terhadap istrinya beberapa waktu lalu, Ilham belum bisa memastikan. Sebagai tindak lanjut, dikemukakan penyelidikan internal memastikan kabar pengeroyokan. “Kalau memang benar pasti ketemu. Kami akan pelajari dan selidiki informasi tersebut,” imbuhnya.
Ilham semula tidak merasa janggal atas kematian Syukur. Dari kondisi kaki dan perut yang bengkak, merupakan gejala umum dari pasien gangguan ginjal. Bila kemudian ditemukan ketidakwajaran dari kematian narapidananya, Ilham menegaskan kesiapan membantu penyelidikan.
“Kami akan tetap terbuka. Bahkan kalau mau ditelusuri, kami pasti membantu mencari jalan keluar,” tegasnya.
Lebam Berbagai Ukuran
Kasat Reskrim Polresta Samarinda Kompol Damus Asa melalui Kanit Jatanras Iptu Abdul Rauf, menyebut jajarannya telah menerima berkas laporan keluarga Syukur. Dipastikan segera melakukan tindak lanjut.
“Proses lanjutannya akan ditentukan setelah kami meminta keterangan keluarga lebih jauh. Tentu kami juga melakukan koordinasi dengan pihak lapas terkait,” sebut Rauf.
Dihimpun dari pemeriksaan Tim Inafis Polres Kukar, bagian belakang tubuh Ahmad Syukur ditemukan memar merah kehitaman di pinggang atas. Dari sisi kiri melebar ke sisi kanan. Hingga ke bagian dada bawah sebelah kanan. Diameternya (dalam sentimeter) 18×8,9x13x28.
Kemudian memar merah kehitaman di bagian dada sebelah kanan dengan diameter 9×7. Selain itu memar di punggung kiri berbentuk garis membelah dengan warna kemerahan. Berdiameter 17×1,5. Juga memar kemerahan berbentuk ‘V’ atau garis membelah di pinggang atas dengan diameter 6×7.
Luka lecet juga terdapat di bagian perut dan paha sebelah kanan. Dengan diameter 17x8x5x25. Terakhir, ditemukan di bagian dada bawah sebelah kiri, tepatnya rusuk bagian bawah yang terlihat menonjol keluar. (*)