Tenggarong, intuisi.co – Saat embun pagi masih melekat di dedaunan Desa Cipari Makmur, para petani bergegas menuju kebun kopi mereka. Di tengah bentangan lebih dari 200 pohon kopi lokal, harapan baru mulai bersemi: Kopi Hitam Mantap Muara Kaman, atau akrab disebut Kohiman. Namun, di balik aroma harum biji kopi yang dihasilkan, ada cerita perjuangan panjang para petani yang bertahun-tahun bergulat dengan keterbatasan pasar dan nilai jual hasil bumi yang stagnan.
Kini, Kohiman menjadi ikon kebanggaan baru Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Lebih dari sekadar minuman, produk ini adalah lambang keberhasilan petani lokal yang berinovasi mengolah sumber daya alam menjadi komoditas unggulan. Camat Muara Kaman, Barliang, menyebut Kohiman sebagai “simbol kebangkitan ekonomi berbasis potensi lokal.”
“Ini bukan hanya tentang kopi. Kohiman adalah cerita tentang bagaimana kami menggali potensi, mengubahnya menjadi kebanggaan, dan memberdayakan masyarakat secara ekonomi,” ujarnya pada Minggu (1/12/2024).
Kohiman hadir dalam dua varian: original yang menghadirkan rasa autentik kopi lokal, serta jahe yang memadukan sensasi hangat dan aroma rempah khas. Varian jahe bahkan menjadi primadona, mencerminkan kreativitas petani Cipari Makmur dalam membaca pasar. Kohiman tidak hanya memikat hati pecinta kopi, tetapi juga menjadi angin segar bagi ekonomi lokal yang selama ini terpaku pada komoditas tanaman pangan.
“Pendapatan kami meningkat pesat sejak Kohiman diproduksi,” kata salah satu anggota Kelompok Tani Desa Cipari Makmur. “Dulu, hasil panen hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Sekarang, kami mulai memikirkan pendidikan anak-anak hingga pengembangan usaha.”
Untuk menjaga dan meningkatkan kualitas Kohiman, pemerintah kecamatan bersama kelompok tani telah menyusun langkah strategis, di antaranya:
– Modernisasi alat produksi: Penambahan mesin-mesin pengolah biji kopi untuk memastikan kualitas terbaik.
– Promosi aktif: Mengikuti pameran daerah dan memperkenalkan Kohiman sebagai produk unggulan Kukar.
– Sertifikasi produk: Menjamin Kohiman memenuhi standar nasional, sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas.
“Jika dikelola dengan baik, Kohiman berpotensi besar untuk menjadi kopi khas Kalimantan Timur yang dikenal hingga ke tingkat nasional,” tambah Barliang dengan penuh optimisme.
Keberhasilan Kohiman tak lepas dari dukungan pemerintah daerah yang memberikan pelatihan, akses teknologi, dan jaringan pemasaran. Produk ini bahkan dijadikan model dalam program prioritas Pemkab Kukar untuk pemberdayaan ekonomi lokal.
“Kohiman adalah wujud nyata dari visi kami untuk meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengelolaan sumber daya lokal secara berkelanjutan,” kata Barliang.
Dengan rasa khas dan kualitas tinggi, Kohiman kini tak hanya menjadi ikon Muara Kaman, tetapi juga harapan besar bagi Kutai Kartanegara. Ini adalah bukti bahwa potensi lokal yang dikelola dengan inovasi dapat membawa perubahan signifikan.
“Kohiman bukan hanya kopi, tetapi sebuah cerita perjuangan, kebanggaan, dan visi besar untuk masa depan. Kami berharap Kohiman juga mampu menarik wisatawan, menciptakan ekosistem ekonomi berbasis kopi yang berkelanjutan,” tutup Barliang.
Di tengah aroma kopi yang khas, Kohiman mengangkat nama Muara Kaman sebagai pusat inovasi lokal di Kalimantan Timur. Seperti embun pagi yang hilang saat matahari terbit, Kohiman menghapus bayang-bayang keterbatasan, membawa harapan baru yang siap menyinari masa depan masyarakatnya. (adv)