Kutai KartanegaraPemkab Kukar

Warga Padati Sasana Krida Bhakti Menonton Film Pendek

Ratusan warga memadati halaman Sasana Krida Bhakti Kelurahan Maluhu. Mereka duduk tenang menyaksikan film pendek

Tenggarong, intuisi.co- Wajah para pemuda dan warga setempat seketika tampak fokus ke layar yang tengah memutarkan sebuah film pendek berjudul “Maluhu Menggapai Cita”. Ya, Film yang diprakarsai Kelurahan Maluhu itu menceritakan perjuangan dan pengorbanan para sesepuh terdahulu ketika masa transmigrasi dari Pulau Jawa ke Pulau Kalimantan, tepatnya di kampung yang diberi nama Maluhu.

Pemutaran film pendek ini dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) Maluhu ke-54. Lurah Maluhu, Tri Joko Kuncoro mengatakan, pembuatan film Maluhu Menggapai Cita hasil kolaborasi antara Kelurahan dan Komunitas Pelem Indie Tenggarong.

Proses produksi terbilang singkat, hanya dua pekan. Mulai dari penulisan skenario selama satu minggu, kemudian dilanjutkan pemilihan tempat dan proses syuting film hanya berlangsung selama 4 hari.

“Inisiasi sebenarnya anak transmigrasi juga di RT 12, jadi mereka mengkomunikasikan dengan komunitas pilem indie dan sampai terwujud film pendek ini. Lokasi syutingnya di Maluhu semua,” ucap Joko pada Kamis, 23 Mei 2024.

“Maluhu Menggapai Cita” secara garis besar menggambarkan kisah nyata sepasang suami istri yang mengikuti program transmigrasi dari pemerintah pusat pada tahun 1970.

Alur ceritanya, mulai dari kehidupan di Pulau Jawa, kemudian mengikuti transmigrasi dengan dijanjikan tanah dan kebun. Namun setibanya di kampung bernama Maluhu, janji yang disampaikan saat itu tidak sesuai ekspektasi. Kondisi sebenarnya masih dalam bentuk hutan belantara dengan sebuah gubuk kecil yang terbuat dari pelepah aren.

Dari situ terjadilah pergolakan sepasang suami istri tersebut. Ada dua pilihan yang harus mereka pilih, tetap melanjutkan hidup di Maluhu atau kembali ke Pulau Jawa. Karena tidak ada ongkos untuk kembali ke Jawa, akhirnya mereka terpaksa bertahan hidup di Maluhu.

Sikap gotong royong sesama warga transmigrasi pun ditampilkan dalam film tersebut. Budaya saling tolong menolong itu telah mengakar sejak dulu hingga ditularkan pada generasi berikutnya.

“Zaman dulu, warga trans hampir semua bergotong royong untuk membikin akses jalan dan itu turun temurun sampai dengan sekarang. Budaya gotong royong itu terjaga dengan baik,” kata Joko.

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara (Kukar), Sunggono mengapresiasi Kelurahan Maluhu telah membuat film pendek yang menggambarkan masa transmigrasi tempo dulu.

Film berjudul “Maluhu Menggapai Cita” tersebut menceritakan perjuangan dan pengorbanan para pendahulu ketika mendiami kampung Maluhu yang saat itu masih hutan belantara.

“Selamat HUT Maluhu ke-54 bagi seluruh warga Maluhu, terutama pada para pendahulu transmigrasi sesepuh yang sudah membuka wilayah ini semenjak tahun 1970, sehingga sampai hari ini keadaan kelurahan sudah sangat maju,” tandas Sunggono. (adv)

 

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.