Samarinda, intuisi.co – Anggota DPRD Kalimantan Timur (Kaltim), Sarkowi V Zahry, menyampaikan bahwa Kaltim memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu lumbung pangan nasional. Dengan potensi lahan pertanian padi seluas 46 ribu hektare, provinsi ini dinilai mampu mewujudkan swasembada pangan dalam waktu dekat, terlebih jika lahan tersebut dioptimalkan untuk dua hingga tiga kali masa tanam per tahun.
Menurut Sarkowi, produksi sebesar 7 ton per hektare dalam satu kali panen saja sudah cukup menunjukkan kapasitas Kaltim dalam mendukung ketahanan pangan nasional.
Pemerintah daerah pun telah merancang langkah strategis, seperti perluasan sawah dan optimalisasi lahan, guna memperkuat sektor pertanian. Namun, tantangan yang dihadapi tidak sedikit. Mulai dari keterbatasan lahan, dampak perubahan iklim, minimnya teknologi pertanian, hingga fluktuasi harga hasil panen menjadi PR besar.
Sarkowi menekankan perlunya modernisasi pertanian dan kolaborasi lintas sektor sebagai solusi. Demi mendukung target ini, Kaltim telah menyiapkan dua wilayah utama pengembangan pertanian yakni 18 ribu hektare di Kutai Timur (Kutim) dan 12 ribu hektare di Kutai Kartanegara (Kukar).
Total 30 hektar hektare lahan ini bahkan melampaui permintaan Menteri Pertanian yang meminta pembukaan lahan minimal 20 ribu hektare.
Sarkowi juga menyoroti pentingnya peran generasi muda melalui kehadiran petani milenial, yang diharapkan membawa semangat baru dan inovasi digital dalam dunia pertanian. Organisasi seperti KTNA dan HKTI juga dinilai sangat strategis sebagai penghubung antara petani dan kebijakan.
“Jika ingin benar-benar mandiri dalam hal pangan, kita harus serius dan bergerak cepat. Saya dengar Menteri Pertanian bersama Gubernur Kaltim menargetkan enam bulan untuk swasembada pangan. Itu butuh kerja keras semua lapisan, dari pemerintah hingga petani,” ujar Sarkowi, Sabtu (28/6/2025).
Ia juga mengingatkan soal masih lemahnya perlindungan terhadap lahan pertanian. Meski sudah ada Perda tentang perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, kenyataannya alih fungsi lahan masih marak. Hal ini diperparah oleh minimnya dukungan kepada petani yang membuat sebagian dari mereka beralih profesi.
“Kalau hasilnya terus menurun, petani bisa frustasi. Jangan sampai muncul lagi anggapan seperti yang pernah saya dengar dari lulusan luar negeri ‘Kalau mau kaya, jangan jadi petani’. Justru seharusnya kita bangga jadi petani karena kita semua hidup dari kerja keras mereka,” tegasnya.
Ia menutup dengan pesan bahwa swasembada pangan bukan hanya tentang jumlah produksi, tapi soal pemberdayaan dan keberlanjutan sistem pangan daerah. Sarkowi berpesan untuk komitmen bersama dan semangat untuk menjadikan sektor pertanian sebagai masa depan yang menjanjikan. (adv/rfh/ara)