Yenni: Perempuan Butuh Akses Setara di Industri Media

intuisi

4 Jun 2025 14:19 WITA

Perempuan
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Yenni Eviliana. (Kontributor intuisi.co)

Samarinda, intuisi.co – Ketimpangan peran perempuan dalam industri media masih menjadi masalah serius yang jarang mendapatkan perhatian memadai. Wakil Ketua DPRD Kalimantan Timur, Yenni Eviliana, menyoroti situasi ini sebagai gambaran minimnya keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di sektor media yang sangat penting.

Yenni menyatakan bahwa perempuan belum memperoleh ruang yang cukup untuk berkembang secara optimal di dunia media, baik dari segi jumlah maupun peran yang diemban.

Menurutnya, banyak lembaga media masih menempatkan perempuan hanya sebagai pelengkap, bukan sebagai pengambil kebijakan yang berpengaruh dalam menentukan arah konten atau kebijakan redaksional.

“Masalahnya bukan hanya pada jumlah perempuan yang bekerja di media, tetapi juga pada seberapa besar mereka bisa mempengaruhi keputusan dan kebebasan menentukan arah pemberitaan,” jelas Yenni, Rabu (04/6/2025).

Yenni menegaskan bahwa dominasi pria di posisi strategis masih menjadi kendala utama yang membatasi peran perempuan dalam industri ini. Situasi ini diperparah oleh norma sosial dan budaya yang masih membatasi potensi perempuan serta menghambat akses mereka ke posisi yang lebih tinggi dalam karier.

Lebih dari itu, kurangnya perspektif gender dalam manajemen media juga berdampak pada bias konten yang diterima masyarakat. Ketika suara perempuan kurang hadir dalam ruang redaksi, isu-isu yang berkaitan dengan perempuan pun sering kali kurang diperhatikan.

“Media memegang peran penting dalam membentuk opini publik dan konstruksi sosial. Jika perempuan terus terpinggirkan dalam proses produksi narasi, ketimpangan ini akan terus berlanjut,” tambahnya.

Ia mengajak semua pihak, termasuk pengelola media, institusi pendidikan jurnalistik, dan pemerintah daerah, untuk menciptakan sistem yang lebih inklusif dan adil. Dukungan nyata diperlukan, mulai dari regulasi yang berpihak pada gender, lingkungan kerja yang setara, hingga pelatihan kepemimpinan khusus bagi jurnalis perempuan.

Tak kalah penting, Yenni juga mengimbau masyarakat agar mengubah pandangan terkait peran perempuan di media. Ia yakin bahwa pemberdayaan perempuan tidak hanya akan meningkatkan kualitas jurnalisme, tapi juga menciptakan ekosistem informasi yang lebih seimbang.

“Perempuan tidak memerlukan perlakuan khusus, melainkan kesempatan dan akses yang setara untuk membuktikan kemampuan mereka. Dengan begitu, dunia media akan menjadi lebih sehat dan representatif,” tutup Yenni. (adv/rfh/ara)

Ikuti berita-berita terbaru Intuisi di Google News!