Santunan Warga Bantaran SKM yang Ditertibkan Termasuk Tunjangan Kehilangan Usaha
Bervariasi santunan yang diterima warga RT 28 Kelurahan Sidodadi, Samarinda Ulu, yang rumahnya dibongkar lantaran berada di jalur hijau.
Samarinda, intuisi.co – Warga RT 28 Kelurahan Sidodadi, Samarinda Ulu, mendapat santunan dari Pemkot Samarinda imbas dibongkarnya rumah di kawasan tersebut. Dari ratusan penerima, sudah 43 warga mendapatkan dana tersebut.
Masing-masing warga menerima dana beragam. Berdasar hitung-hitungan yang telah ditetapkan tim appraisal. “Saya dapat telepon untuk hadir di kantor lurah (Kelurahan Sidodadi) diminta tanda tangan. Waktu itu ada Pak RT 28 (Hasmuddin) juga. Eh, tahu-tahu ada uang masuk ke rekening jumlahnya Rp18 juta lebih,” sebut Asnawi, salah satu pemilik bangunan di RT 28, Rabu siang, 8 Juli 2020.
Sebagai bentuk transparansi, Pemkot Samarinda turut merilis data 43 warga yang telah menerima dana santunan tersebut. Asnawi misalnya, dengan luas bangunan 26 meter persegi, terdata menerima Rp19 juta lebih. Hingga saat ini yang masuk di rekeningnya disebut Rp18 juta lebih.
Adapun uang santunan yang diberikan mencakup ongkos pembersihan, mobilisasi, sewa rumah, dan tunjangan kehilangan usaha. “Untuk saat ini hanya tujuh rumah yang diberi tanda. Dan itu sudah dibayar,” ujar Yosua Laden, kepala Bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum (Trantibum) Satpol PP Samarinda.
Penyebab Banjir Samarinda
Banjir sudah jadi persoalan menaun di Samarinda. Seperti pada akhir Mei lalu, sampai merendam 47 ribu warga. Dan salah satu penyebabnya ialah penyempitan badan Sungai Karang Mumus (SKM). Terutama di segmen Pasar Segiri.
Inilah yang jadi alasan Pemkot Samarinda kukuh menertibkan ratusan bangunan warga di bantaran sungai tersebut. Sementara ideal lebar sungai 40 meter, di segmen tersebut hanya kisaran 25 meter. Sungai yang semula menampung air 400 meter kubik per detik, kini hanya 175 meter kubik per detik.
Relokasi atau penertiban bangunan sebenarnya bukan hal baru. Agenda ini sudah mengemuka pada 1998. Sebagian warga sepakat dipindah, tapi tak sedikit yang menolak.
Data terakhir, relokasi warga di bantaran sungai tercatat 1.355 kepala keluarga (KK) ke lokasi permukiman baru seperti Handil Kopi dan Damanhuri. Lebih kecil dibandingkan kepala keluarga yang memilih tetap bertahan. Yang mana dari verifikasi ulang pemkot, dari angka awal 3.384 KK hingga 3.400 KK, sekarang meningkat menjadi 8.000 KK. (*)