Desa Pela Raih Penghargaan Kalpataru 2024 atas Upaya Konservasi Pesut Mahakam
Di tepian Danau Semayang, Desa Pela kembali menjadi sorotan nasional. Tak hanya dikenal karena pesona alamnya, kini mereka meraih Kalpataru 2024.
Tenggarong, intuisi.co – Di sudut tenang Danau Semayang, Desa Pela di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, terpancar kebanggaan yang tak terhingga. Tahun ini, desa kecil yang terletak di tepian sungai itu kembali mengukir prestasi dengan meraih penghargaan bergengsi Kalpataru dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Penghargaan ini diberikan sebagai pengakuan atas dedikasi luar biasa masyarakat Desa Pela dalam menyelamatkan lingkungan, khususnya dalam konservasi pesut Mahakam, mamalia air yang semakin terancam punah.
Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Bekayuh Baumbai, Bebudaya Desa Pela, telah berulang kali menjadi sorotan berkat komitmen mereka dalam menjaga ekosistem di sekitar Danau Semayang dan Sungai Pela. Tahun 2024 menjadi momen penting ketika desa ini berhasil masuk dalam 10 besar penerima Kalpataru nasional, sebuah pencapaian yang tidak hanya mengharumkan nama desa, tetapi juga menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia.
Alimin, Ketua Pokdarwis Pela, merasa bangga saat menerima penghargaan ini di Auditorium Gedung Manggala Wanabakti, Jakarta Pusat. Didampingi oleh Wakil Bupati Kukar, Rendi Solihin, dan Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kukar, Slamet Hadiraharjo, Alimin menceritakan perjalanan panjang Desa Pela dalam meraih prestasi ini.
“Kami masuk kategori penyelamatan lingkungan, bersaing dengan dua penerima lainnya. Ini bukan sekadar penghargaan, tetapi pengakuan atas kerja keras masyarakat Desa Pela dalam melindungi pesut Mahakam dan ekosistemnya,” ujar Alimin.
Perjalanan menuju penghargaan ini tidaklah mudah. Desa Pela harus bersaing dengan 21 desa lainnya dari seluruh Indonesia dalam berbagai kategori. Di Kalimantan Timur, hanya ada dua desa yang masuk nominasi 21 besar, yaitu Balikpapan dan Pela. Namun, hanya Desa Pela yang berhasil melaju hingga 10 besar, mengalahkan pesaing lainnya, termasuk Balikpapan.
Keberhasilan ini bukanlah yang pertama bagi Desa Pela. Sebelumnya, desa ini telah menerima berbagai penghargaan nasional, termasuk sertifikasi desa wisata dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Prestasi-prestasi ini menjadi bukti nyata betapa seriusnya masyarakat Desa Pela dalam mengelola dan melestarikan lingkungan mereka.
Alimin berharap bahwa penghargaan Kalpataru ini akan menjadi pendorong bagi generasi muda Desa Pela untuk terus melanjutkan upaya pelestarian lingkungan. “Kami berharap generasi penerus Desa Pela mau mengikuti jejak kami dalam menjaga pesut dan satwa lainnya serta ragam hayati yang ada di sungai dan danau. Ini adalah warisan yang harus kita jaga dan kembangkan,” tutupnya dengan harapan besar untuk masa depan.
Desa Pela kini tidak hanya dikenal sebagai destinasi wisata, tetapi juga sebagai teladan dalam pelestarian lingkungan. Dengan penghargaan Kalpataru ini, Desa Pela semakin memantapkan posisinya di panggung nasional, menunjukkan bahwa dengan tekad dan kerja keras, desa kecil pun bisa membuat perubahan besar. (adv)