Ekonomi

Fase Relaksasi Belum Menolong, Pertumbuhan Hotel Samarinda Tak Sampai 1 Persen

Dari masa pembatasan sosial hingga 11 hari fase relaksasi, pertumbuhan sektor perhotelan Samarinda masih sangat minim.

Samarinda, intuisi.co – Fase relaksasi semula jadi angin segar bagi roda perekonomian Samarinda. Namun embusan itu masih belum cukup memberi kesejukan bagi sektor perhotelan.

Sebelas hari berlaku, fase relaksasi nyatanya belum terlalu memengaruhi tingkat kunjungan hotel atau okupansi. Sepuluh kamar terisi dalam sehari, sudah termasuk beruntung.

“Enggak sampai 30 persen,” ucap Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Samarinda, Lenny Marlina, dikonfirmasi Kamis sore, 11 Juni 2020.

Pandemi virus corona benar-benar membuat sektor perhotelan terpuruk. Tiga bulan situasi itu ditanggung pelaku usaha hotel. Meski pelonggaran mulai berlaku, Lenny menganggap terlalu prematur jika menyebut perhotelan sudah membaik.

“Pertumbuhan belum terlalu signifikan. Tiga bulan pembatasan sosial, bisa jadi saat ini masyarakat lebih fokus pemulihan ekonomi. Bukan hotel atau pariwisata,” tuturnya.

Fase relaksasi di Samarinda, bukan berarti warga dari daerah lain bisa datang begitu saja. Lantas menyewa hotel seperti semasa dulu. Protokol kesehatan sangat ketat mengikat. Jika rapid test atau PCR reaktif virus corona, rencana perjalanan batal.

Kondisi inilah yang bikin Lenny gamang. PHRI Samarinda pun segera merumuskan solusi dalam waktu dekat. Utamanya detail aturan fase relaksasi. “Tiga bulan ini sangat berdampak sekali, lah. Sampai ada beberapa hotel berhenti beroperasi sementara,” tuturnya.

Tingkat hunian kamar memang turun drastis. Terjun sebebas-bebasnya. Tiga bulan pembatasan sosial, 10 kamar terisi menjadi capaian besar. Namun nyatanya, lima kamar terpakai pun sudah sangat disyukuri.

“Benar waktu banjir dan Lebaran ada alami peningkatan okupansi, tapi itu hanya empat hari,” terangnya.

Tak Sampai 1 Persen

Semula, Lenny menyangka fase relaksasi per 1 Juni 2020 bakal sangat menolong. Namun ekspektasi masih jauh dari realita. Pertumbuhan pun tak sampai 1 persen. Bila tak ada perubahan dan solusi, industri perhotelan diyakini makin terpuruk. Saat ini saja, seribu lebih pekerja dirumahkan. Sebagian menerapkan sistem kerja baru. Yakni 15 hari kerja, 15 hari off. Gaji menjadi 50 persen saja.

“Memang dilema, karena ekonomi dan kesehatan sama-sama penting. Kebijaksanaan pemerintah menjadi solusi. Anggota PHRI Samarinda ada 60 hotel. Alhamdulillah, sampai sekarang belum ada yang tutup. Mudah-mudahan wabah ini segera berlalu,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.