Samarinda, intuisi.co – Banjir di Samarinda sudah terjadi sejak lama. Berganti pemimpin, isu ini masih menyedot perhatian paling intens. Langkah Andi Harun-Rusmadi sebagai wali kota dan wakil wali kota Samarinda mengatasi persoalan ini pun begitu dinantikan.
“Lima tahun ini keduanya (Andi-Rusmadi) pasti punya target,” sebut pengamat tata kota, Farid Nurrahman, dikonfirmasi Selasa sore, 6 April 2021.
Farid yang merupakan anggota Ikatan Ahli Perencanaan (IAP) Kaltim tersebut mengatakan bahwa pengentasan banjir di Samarinda memang tak bisa dibandingkan antara rezim satu dan lainnya. Setiap pemimpin tentu punya cara masing-masing.
Namun demikian, satu hal krusial yang mestinya dipenuhi, menurutnya, adalah ruang terbuka hijau. Saat ini, di Samarinda RTH masih sangat minim. Dibandingkan luas kota, komposisinya bahkan hanya 5 persen.
Padahal mengacu ketentuan, dari 717,4 kilometer persegi luas Samarinda, RTH mestinya mendapat porsi minimal 30 persen. Komposisi tersebut tertuang dalam Perda No 2/2014 tentang Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Samarinda 2014–2034.
Minimnya RTH akhirnya berpengaruh terhadap persoalan banjir di Samarinda. Daerah serapan berkurang, air pun mengalir ke tempat yang tak semestinya.
Dengan Andi Harun dan Rusmadi menduduki singgasana pemimpin kota, Farid meyakini keduanya memiliki solusi. “Saya rasa keduanya tak menggunakan masterplan yang lama. Pasti melihat kondisi sekarang,” tuturnya.
Penanganan banjir Samarinda selama ini dilakukan mengacu master plan yang dibuat pada 2005 silam. Seperti yang sampai sekarang masih diterapkan di antaranya pengerukan sedimentasi, pembangunan polder, dan peningkatan kapasitas drainase.
Menurut Farid, pola tersebut masih bisa membantu untuk jangka menengah. Sedangkan untuk jangka panjang, langkah yang mesti ditempuh harus lebih berkesinambungan. “Tapi kalau dilihat dari efektivitasnya, ya, enggak bakal selesai. Tapi setidaknya bisa mempercepat waktu surutnya,” lanjutnya.
Penanganan Banjir Harus Bertahap
Alumnus University of Greenwich, Inggris, menyadari keberhasilan penanganan banjir memang tak bisa diukur dari persentase. Yang mesti dijalankan dengan seksama adalah sejauh mana penanganan Pemkot secara bertahap. Terutama selama periode kepemimpinan Andi Harun-Rusmadi dalam lima tahun ke depan. .
Sebagai saran, Farid menilai pemerintah sebenarnya bisa menggunakan lubang tambang yang banyak menganga di Ibu Kota Kaltim ini untuk mengatasi banjir. Tentunya dengan disertai rekayasa teknik khusus. Meskipun Farid menyadari pola ini bisa saja menuai banyak pertentangan, terutama dari para aktivis lingkungan.
“Ya dilihat lagi. Dari sekian lubang tambang Samarinda mana yang bermasalah dan tidak. Nanti, limpasan air hujan bisa dialirkan ke sana (lubang tambang),” pungkasnya. (*)
View this post on Instagram