Mengatasi Stunting di Kaltim dengan Intervensi Gizi Spesifik dan Sensitif
Dinas Kesehatan Kaltim tengah gencar melakukan intervensi gizi spesifik dan sensitif untuk turunkan angka stunting .
Samarinda, intuisi.co – Stunting atau gagal tumbuh merupakan salah satu masalah gizi yang serius di Kalimantan Timur (Kaltim). Menurut data terbaru, prevalensi stunting di provinsi ini mencapai 23,9%, jauh di atas target nasional sebesar 12,83% di tahun 2024. Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim bersama dengan Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) mengimplementasikan berbagai strategi dan program yang berfokus pada intervensi gizi spesifik dan sensitif.
Intervensi gizi spesifik adalah kegiatan yang langsung berhubungan dengan asupan gizi, seperti pemberian makanan tambahan, suplementasi, dan konseling gizi. Sedangkan intervensi gizi sensitif adalah kegiatan yang tidak langsung berhubungan dengan asupan gizi, tetapi dapat mempengaruhi status gizi, seperti sanitasi, air bersih, pendidikan, dan pemberdayaan perempuan.
“Intervensi gizi spesifik dan sensitif harus dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan dengan melibatkan berbagai sektor dan pihak terkait, serta mengutamakan kelompok sasaran prioritas. Yaitu ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0-2 tahun atau rumah tangga 1.000 hari pertama kehidupan (HPK),” jelas Kepala Diskes Kaltim, Jaya Mualimin.
Salah satu contoh program intervensi gizi spesifik yang telah dilaksanakan adalah pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil dari kelompok miskin, suplementasi tablet tambah darah, suplementasi kalsium, dan pemeriksaan kehamilan. Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi ibu hamil, yang berpengaruh pada kesehatan dan pertumbuhan janin.
Selain itu, program intervensi gizi spesifik juga ditujukan untuk ibu menyusui dan anak usia 0-23 bulan, yang merupakan periode kritis dalam pembentukan otak dan sistem imun. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah promosi dan konseling menyusui, promosi dan konseling pemberian makan bayi dan anak, tata laksana gizi buruk akut, pemantauan pertumbuhan, pemantauan perkembangan, pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut, suplementasi kapsul vitamin A, suplementasi zinc untuk pengobatan diare, suplementasi taburia, imunisasi, dan manajemen terpadu balita sakit.
“Kami juga upayakan remaja dan wanita usia subur diberikan suplementasi tablet tambah darah, karena mereka merupakan calon ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa,” lanjut Jaya.
Untuk anak usia 24-59 bulan, program intervensi gizi spesifik yang dilakukan adalah pemberian makanan tambahan pemulihan bagi anak gizi kurang akut, pemantauan pertumbuhan, suplementasi taburia, manajemen terpadu balita sakit, dan suplementasi zinc untuk pengobatan diare.
Sementara itu, program intervensi gizi sensitif dilakukan oleh sektor lain yang terkait dengan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Misalnya, sektor pertanian menyediakan bahan pangan lokal yang bergizi, diversifikasi, dan berkelanjutan. Sektor pendidikan menyelenggarakan pendidikan gizi di sekolah, kantin sehat, dan program makanan tambahan anak sekolah. Sektor lainnya seperti perumahan, lingkungan hidup, sosial, dan agama juga berperan dalam menciptakan lingkungan yang kondusif untuk mencegah stunting.
Dengan kerjasama lintas sektor dan pihak terkait, diharapkan masalah stunting di Kaltim dapat ditangani dengan baik dan efektif, sehingga generasi muda Kaltim dapat tumbuh sehat, cerdas, dan berkualitas. (DiskesKaltim/Adv/Tya)