HeadlinePemkab Kukar

Menggapai Asa Swasembada Pangan di Kukar Jelang Kepindahan IKN

Pemerintah memastikan rencana pindah ibu kota negara (IKN) baru tetap berlanjut. Salah satu yang disiapkan adalah lumbung pangan.

Tenggarong, intuisi.co-Sejak ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 26 Agustus 2019, pemerintah pusat dan daerah sama-sama berbenah menyiapkan semua infrastruktur IKN baru. Tak hanya dari segi fisik tapi juga penunjang seperti urusan pangan.

Ibu kota negara baru ini terletak di dua kabupaten, sebagian Kutai Kartanegara (Kukar) dan sebagian lagi Penajam Paser Utara (PPU). Dua daerah ini sama-sama punya potensi mewujudkan kemandirian pangan.

Meminjam data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim, sepanjang 2020, dari 10 kabupaten/kota memang memiliki potensi memproduksi beras hanya tiga kabupaten yang mendapat perhatian untuk mengembangkan diri menjadi kawasan food estate, yakni Kukar, Paser dan PPU.

Potensi tersebut juga didukung dengan luas lahan. Dari ketiganya Kota Raja peringkat pertama. Dengan luas lahan pertanian 20,424 hektare (ha), kabupaten ini mampu menghasilkan 119.318,9 ton padi. Urutan kedua ini ada PPU, walaupun lahannya hanya 10,994 ha, namun daerah ini mampu hasilkan 46.497,8 ton dan ketiga ada Paser luas 11,306 ha dengan capaian 44.909,1 ton.

Secara keseluruhan, Kaltim mampu memproduksi 262,86 ribu ton gabah kering giling (GKG). Mengalami kenaikan sebanyak 9,04 ribu ton atau 3,56 persen dibandingkan 2019 sebesar 253,82 ribu ton GKG.

“Sebenarnya lahan untuk pangan di Kukar itu mencapai 339 ribu ha dan yang digunakan baru 20 ribu ha,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, Sutikno kepada intuisi.co saat dihubungi pada Kamis pekan lalu, 14 Oktober 2021.

Kesiapan Kemandirian Pangan Kukar

Lebih lanjut Sutikno menerangkan soal kesiapan kemandirian pangan di Kukar. Menurut dia, peluang di kabupaten ini sangat besar dibandingkan 9 kabupaten lainnya di Kaltim. Hanya saja potensi tersebut sedikit terkendala oleh sumber daya manusia. Persisnya petani. Yang kian tahun semakin renta karena usia, karena itu, dia berharap para milenial di Kota Raja bisa ambil bagian agar peluang swasembada konsisten dipertahankan. Dirinya pun paham benar, bila kekosongan ini tak segera diantisipasi, maka akan menjadi masalah.

“Kami berharap kaum muda kita (di Kukar) bisa mengambil sikap,” imbuhnya.

Dia menambahkan, untuk persiapan pangan di Kukar, pihaknya sudah siap. Sebab, selama setahun daerah ini dua kali panen. Pertama, April-September kemudian yang kedua September-Januari. Itu padi yang memang ditanam di sawah, belum padi ladang. Dan jika ditotal, jumlah keseluruhan mencapai 42 ha. Besar harapan, visi dan misi bupati serta wakilnya bisa tercapai demi kemandirian pangan.

“Insya Allah, Kukar sudah tak ada masalah kalau urusan pangan,” tuturnya.

Dibantu dengan Bendungan

Setali tiga uang, Kepala Dinas Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Kaltim, Siti Farisyah Yana juga menuturkan hal senada. Pemprov Kaltim sudah menyiapkan lahan seluas 2.654 ha untuk pengembangan kawasan food estate atau kemandirian pangan. Lahan tersebut terbagi di dua kabupaten yang berdekatan dengan ibu kota negara baru. Asa tersebut sudah diusulkan ke Kementerian Pertanian (Kementan) pada 29 Desember 2020 lalu. Dan untuk mempercepat rencana ini, pihaknya sudah meminta proyek Bendungan Telake di PPU dipercepat. Pasalnya tampungan air tersebut bakal menjadi sumber pengairan.

Rencananya, bendungan itu dibangun di atas lahan seluas 166.415 ha beserta saluran irigasinya. Sumber pendanaan mega proyek ini bakal bersumber dari APBN dengan dengan skema pekerjaan multi years contract (MYC) atau kontrak tahun jamak dengan target selesai 2023 atau 2024. Bila pungkas, maka dam tersebut bakal mengairi sawah seluas 21.000 ha.

“Kami menginginkan Bendungan Telake itu bisa diselesaikan secepatnya, sehingga bisa mendukung pelaksanaan program food estate yang telah ditetapkan,” harapnya.

Sementara itu Bupati Kukar, Edi Damansyah menambahkan, seluruh program pangan di Kukar merupakan turunan dari pusat yakni food estate. Itu sebab besar harapannya, para generasi milenial bisa ikut ambil bagian. Pasalnya, rumah tangga petani mengalami penurunan sekitar 13 persen lebih. Penyebabnya tak lain karena dimakan usia. Belum lagi mindset para generasi muda sekarang masih anti dengan sektor pertanian, padahal komoditas erat dengan teknologi dan manajemen.

“Di Muara Jawa sudah ada buktinya. Makanya kami akan dorong terus generasi agar masuk sektor pertanian,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.