Sorotan

Menggapai Mimpi di IKN: Kolaborasi Riset dan Industri Jadi Kunci

Seminar nasional menghadirkan tiga narasumber pakar yang membahas peluang dan tantangan civitas akademika dan pengusaha lokal di IKN.

Samarinda, intuisi.co – Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara sudah di depan mata. Pembangunannya diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di Kalimantan Timur. Namun, apa yang harus dilakukan oleh civitas akademika dan pengusaha lokal untuk memanfaatkan peluang ini?

Pertanyaan tersebut menjadi tema utama seminar nasional yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman. Seminar bertajuk “Bertransformasi Bersama: Pengembagan Diri dan Inovasi Industri Menyambut Ibu Kota Negara Baru” menghadirkan tiga narasumber pakar di bidangnya.

Mereka adalah penggiat ekonomi, dr Aulia Rahman Basri; Direktur Pelayanan Dasar Otorita IKN, Suwito; dan Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni FT Unmul, Profesor Tamrin Rahman. Seminar berlangsung di Gedung Hexagon, FT Unmul, Sabtu, 11 November 2023.

Salah satu pesan penting yang disampaikan oleh narasumber adalah pentingnya kolaborasi riset dan inovasi di dunia pendidikan yang mampu diaplikasikan dalam dunia industri. Hal ini dianggap sebagai salah satu kunci untuk menggapai mimpi di IKN.

Bagaimana cara mengembangkan riset dan inovasi di dunia pendidikan yang mampu diaplikasikan dalam dunia industri? Pertanyaan ini menjadi tantangan bagi civitas akademika dan pengusaha lokal di Kalimantan Timur.

Wakil Dekan I Bidang Akademik, Kemahasiswaan dan Alumni Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman, Profesor Tamrin Rahman, mengakui bahwa banyak riset di kampus yang berhenti di jenjang skripsi dan jurnal. Padahal, banyak riset mahasiswa maupun dosen di Fakultas Teknik Unmul yang prospektif dikembangkan. Terlebih untuk memenuhi kebutuhan di IKN.

“Banyak penelitan kami yang belum bisa sampai jadi produk komersil. Baru sampai tahap kelima. Sementara tahap 6 sampai 8, yaitu untuk menjadi produk, itu masih belum,” kata Tamrin dalam seminar nasional yang digelar Himpunan Mahasiswa Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Mulawarman.

Tamrin menyarankan bahwa perlu komitmen mencapai tahapan 6, 7, dan 8 dari riset-riset tersebut. Apabila hasil riset menjadi hak paten, uang akan datang dengan sendirinya. Ia juga mengharapkan adanya dukungan dari pemerintah, swasta, dan masyarakat untuk memfasilitasi pengembangan riset dan inovasi.

Salah satu contoh kolaborasi riset dan industri yang berhasil adalah yang dilakukan oleh penggiat ekonomi, dr Aulia Rahman Basri. Ia menjelaskan bahwa perusahaannya menggandeng peneliti dari salah satu universitas ternama di Indonesia untuk produk bahan bakar dari sisa tandan buah sawit. Limbah tersebut selama ini banyak yang tidak dimanfaatkan di Kutai Kartanegara.

Hasil riset berupa produk bahan bakar ramah lingkungan itu diolah menjadi bahan baku pembangkit daya di perusahaan semen ternama di Indonesia. Nilai kalori dari produk bahan bakar ramah lingkungan itu setara dengan batu bara kalori 3.000.

Aulia menambahkan, perusahaannya bisa mengirim 6.000 ton bahan bakar dengan omzet miliaran rupiah. Ia juga membuka peluang bagi mahasiswa dan dosen Unmul untuk berkolaborasi dengan perusahaannya dalam mengembangkan produk-produk lain yang ramah lingkungan dan berdaya saing.

“Tidak menutup kemungkinan, Fakultas Teknik Universitas Mulawarman membuat riset bahan bakar ramah lingkungan untuk disuplai menjadi bahan bakar di IKN,” katanya yang disambut tepuk tangan para hadirin.

“Kita tanamkan mindset, kita yang menciptakan lapangan kerja di IKN,” sambungnya.

Alumnus Fakultas Teknik Industri Unmul, Singgih Raharjo, juga berharap, perpindahan IKN dibarengi pemindahan pusat pemerintahan dan bisnis. Singgih yakin, perbaikan infrastruktur dan hilirisasi yang didukung kebijakan akan merangsang lulusan Unmul menjadi teknokratik atau menaikkan kelas pengusaha lokal menjadi level nasional.

“Saya yakin produk mahasiswa Unmul, dosen, dan alumninya tidak kalah. Buktinya, banyak yang bekerja di BUMN, swasta, perbankan, dan lainnya. Artinya kita mampu. Kita hanya butuh kepercayaan untuk menyongsong Indonesia emas 2045,” ujarnya.

Dari sisi pemerintah, Direktur Pelayanan Dasar Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN), Suwito, mengapresiasi kemitraan yang telah terjalin antara Unmul dan OIKN. Unmul menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia yang membuat nota kesepahaman dengan OIKN. Kemitraan ini sudah dituangkan dalam kerja sama perancangan desain pendidikan di IKN dan pelayanan kesehatan terdigitalisasi.

“Memang tidak cukup di bidang pendidikan dan kesehatan. Ke depan akan berkembang di direktorat pelayanan dan jasa,” kata Suwito.

Suwito mengklaim, di fase awal, peluang berusaha di IKN cukup tinggi. Sebagai contoh, ada 9.000 pekerja konstruksi. Belum ditambah pelayanan konsumsi dan jasa lainnya. Ia meyakini, seiring dengan kemajuan pembangunan IKN, peluang usaha terlebih yang bisa diakses pengusaha lokal akan terbuka lebar.

“Pengusaha lokal lebih mengetahui kondisi di IKN. Dengan demikian, pengusaha lokal jauh lebih mudah memberikan akses dan layanan di IKN,” katanya.

Dalam seminar, dua pemateri yakni Aulia Rahman Basri dan Suwito memberi dukungan langsung kepada mahasiswa. Aulia memberi dukungan “stimulus berpikir” kepada para penanya dalam seminar. Sementara Suwito membuka kesempatan bagi satu orang mahasiswa Teknik Industri Unmul yang mahir bahasa pemrograman menjadi asisten dalam pengembangan aplikasi kesehatan di IKN.

Seminar nasional ini menjadi ajang silaturahmi dan diskusi antara civitas akademika, pengusaha, dan pemerintah. Semua pihak sepakat bahwa kolaborasi riset dan industri menjadi kunci untuk menggapai mimpi di IKN. Mimpi yang tidak hanya milik pemerintah, tetapi juga milik seluruh rakyat Indonesia. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.