Ragam Cara Pemprov Kaltim Perangi Stunting Sejak dari Kehamilan
Stunting mengancam masa depan bangsa. Pemprov Kaltim berupaya keras menurunkan angka stunting dengan tablet tambah darah dan pangan lokal.
Samarinda, intuisi.co – Stunting atau gagal tumbuh merupakan salah satu masalah kesehatan yang mengancam masa depan bangsa. Anak-anak yang mengalami stunting akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Akibatnya, mereka akan kesulitan belajar, berprestasi, dan bersaing di era global.
Menurut data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia masih mencapai 24,4 persen. Angka ini jauh di atas standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang maksimal 20 persen. Jika tidak segera ditangani, stunting akan menjadi beban negara di masa depan.
Untuk mencegah hal itu terjadi, pemerintah pusat dan daerah berupaya keras untuk menurunkan angka stunting. Salah satunya adalah Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Timur (Kaltim) melalui Dinas Kesehatan (Diskes) Kaltim.
Diskes Kaltim menjadi salah satu Organisasi Perangkat Daerah (OPD) yang tergabung dalam Tim Percepatan Penanganan Stunting (TPPS). TPPS bertugas untuk merumuskan dan melaksanakan berbagai strategi untuk menanggulangi stunting di daerah.
Salah satu strategi yang diterapkan oleh Diskes Kaltim adalah memberikan tablet tambahan darah kepada remaja putri dan ibu hamil. Tablet tambah darah mengandung asam folat dan zat besi yang berguna untuk mencegah anemia atau kurang darah.
Anemia merupakan salah satu faktor risiko stunting karena dapat mengganggu asupan nutrisi bagi ibu hamil dan janinnya. Anemia juga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan, persalinan, dan kematian ibu maupun bayi³.
“Kami sudah membagi tablet tambah darah ke kabupaten dan kota agar bisa mengcover semua remaja putri dan ibu hamil. Minimal 90 tablet selama kehamilan. Ibu hamil harus minum satu tablet setiap minggu,” terang Analis Gizi Diskes Kaltim, Uzah Maria Ulfah.
Selain itu, Diskes Kaltim juga bekerja sama dengan puskesmas dan sekolah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan kepada calon pengantin. Pemeriksaan kesehatan bertujuan untuk mengetahui status gizi mereka dan memberikan saran agar tidak terburu-buru hamil jika cenderung anemia.
“Kami ingin memastikan bahwa calon pengantin memiliki kondisi tubuh yang sehat dan siap untuk mengandung anak yang berkualitas. Jika mereka anemia, kami akan memberikan tablet tambah darah juga,” ujar Uzah.
Namun, Uzah menegaskan bahwa tablet tambah darah bukanlah solusi utama untuk mencegah stunting. Ia mengimbau masyarakat untuk memenuhi asupan gizi melalui makanannya. Tak perlu mahal dan bahan impor, tetapi dari bahan lokal pun bisa.
“Pangan lokal yang diberikan kepada balita yang mengalami gizi kurang atau gizi buruk beragam, tergantung pada ketersediaan wilayah setempat. Misalnya lele, telur, bawis, ikan tuna, ikan kembung, ikan bandeng, umbut rotan dan lain-lain,” ucapnya.
Orang tua juga diminta untuk memperhatikan komposisi dan variasi menu. Jangan sampai yang diberikan ke anak merepotkan orang tua atau tidak sesuai dengan selera anak. Yang penting adalah menu seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Dengan upaya bersama antara pemerintah dan masyarakat, Uzah optimis bahwa angka stunting di Kaltim bisa diturunkan. Ia berharap bahwa generasi emas Indonesia bisa terwujud dengan anak-anak yang sehat, cerdas, dan berkualitas.
“Kami berkomitmen untuk terus berjuang melawan stunting. Kami ingin anak-anak Kaltim menjadi generasi yang unggul dan mampu bersaing di dunia,” pungkasnya. (DiskesKaltim/Adv/Tya)