Sudah Dua Calon di Kaltim Meninggal Dunia, Bukti Bahaya Pilkada di Tengah Pandemi
IDI Kaltim kembali menyuarakan penundaan pilkada. Empat kontestan telah terkonfirmasi positif covid-19. Dua di antaranya meninggal dunia.
Samarinda, intuisi.co – Hanya dalam 10 hari dua kontestan pilkada serentak 2020 di Kaltim meninggal dunia. Keduanya positif covid-19. Dari mendiang Muharram, kontestan petahana di Pilkada Berau, hingga almarhum Adi Darma, calon wali kota Bontang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim pun kembali menyuarakan penundaan pilkada.
“Harusnya ditunda. Berisiko. Akan banyak yang terpapar (virus corona),” ujar Ketua IDI Kaltim, dr Nathaniel Tandiorogang, Kamis petang, 1 Oktober 2020.
Muharram dan Adi Darma merupakan dua bukti betapa berbahayanya virus corona. Di jajaran kontestan pilkada 2020 ini di Kaltim, masih terdapat nama lain yang juga terpapar covid-19. Yakni Kasmidi Bulang, calon wakil bupati Kutai Timur (Kutim). Terkonfirmasi positif covid-19 pada 5 September 2020. Dinyatakan sembuh setelah 10 hari karantina mandiri. Setelahnya, menyusul Uce Prasetyo yang juga calon wakil bupati Kutim. Terkonfirmasi positif covi-19 pada Kamis ini.
Dengan demikian, hingga saat ini virus corona telah menginfeksi empat kandidat kepala daerah/wakil kepala daerah di Kaltim. Yang dua di antaranya meninggal dunia. “Sangat berisiko jika pilkada dilanjutkan. Kecuali KPU bisa menjamin ketat dengan protokol kesehatan,” lanjut Nathaniel.
Virus corona paling cepat menyebar lewat kerumunan. Klaster pilkada pun berpotensi terbentuk jika pesta demokrasi tetap terlaksana di situasi begini. Apalagi masa kampanye para kandidat di sembilan kabupaten/kota telah dimulai.
“Bila memang tak bisa ditunda, kami wanti-wanti saat protokol kesehatan. Jangan ada kampanye offline atau tatap muka. Sebaiknya virtual saja. Dan saat pencoblosan tak lebih dari 20 orang,” pintanya.
Persoalan lain yang perlu dapat perhatian ialah kemungkinan tak efektifnya pilkada lantaran warga enggan datang mencoblos. Memilih menghindari kerumunan dan tak datang ke tempat pemungutan suara. Kualitas demokrasi pun terancam turun.
Kepergian Muharram dan Adi Darma juga tanda risiko sama besar mengancam mereka yang berperan sebagai kontestan. Pencalonan dengan rangkaian kampanye dan kegiatan lainnya, menjadi sangat rentan di tengah pandemi yang masih begitu kuat di provinsi ini.
“Kasihan ‘kan orang potensial (calon kepala daerah) dengan kapasitas luar biasa terpaksa tumbang satu per satu karena corona. Jadi memang sebaiknya ditunda dari sisi kesehatan,” pungkasnya. (*)