Tambak Ikan di Delta Mahakam Harus Sejalan Pelestarian Mangrove
Dengan menjaga kelestarian hutan mangrove di Delta Mahakam, diyakini aktivitas tambak ikan warga setempat bisa awet dalam jangka panjang.
Samarinda, intuisi.co-Delta Mahakam merupakan dengan estimasi luas 150.000 hektare mengalami deforestasi serius. Hutan mangrove makin tergerus. Padahal kawasan tersebut menyimpan banyak manfaat bagi sekitar.
Namun demikian, di antara jasa lingkungan ekosistem hutan mangrove, yang menjadi isu penting adalah fungsinya menyerap dan menyimpan karbon biru. Konversi hutan mangrove di sana selama 1980-2001 menyebabkan hilangnya hutan mangrove sekitar 3.183 hektare per tahun, atau setara terlepasnya 0,46 teragrams of CO2 equivalent per tahun.
Terus terdegradasinya hutan mangrove, meningkatkan emisi karbon ke atmosfer bumi. Menyebabkan gas rumah kaca di atmosfer bumi semakin padat. Perubahan iklim pun tak terhindarkan.
Peneliti Madya Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Ekosistem Hutan Dipterokarpa, Tien Wahyuni, menyebut keterbukaan hutan mangrove di kawasan tersebut sudah terlampau tinggi. Dan untuk menyelesaikannya, tak bisa hanya bergantung satu pihak. “Enggak bisa diselesaikan satu lembaga saja. Atau masyarakat saja, atau pemerintah saja,” terangnya setelah Deklarasi Kesepakatan Pelestarian Ekosistem Bentang Lahan Delta Mahakam di Muara Badak, Kukar, Senin, 26 Juli 2021.
Menurutnya, konsep kolaborasi menjadi sangat penting dalam menyikapi persoalan tersebut. Apalagi dengan keberadaan Delta Mahakam sebagai salah satu area yang diperhitungkan untuk penurunan emisi di Kaltim.
“Deklarasi rencana aksi begini juga sebenarnya sudah diinisiasi sejak lama. Beberapa pihak selama ini sering berkomunikasi berupaya agar masalah lingkungan di Delta Mahakam bisa diselesaikan,” imbuhnya.
Melibatkan masyarakat mengembalikan fungsi mangrove di Delta Mahakam memang sangat beralasan. Di kawasan tersebut, sektor perikanan adalah mata pencaharian warga Delta Mahakam. Baik itu budi daya ikan, tambak, nelayan, dan usaha olahan perikanan lainnya. Maka, misi mengembalikan fungsi hutan mangrove, jangan sampai turut mengusik aktivitas ekonomi warga.
Selama ini, praktik budi daya dan tambak di Delta Mahakam memang kurang bersahabat dengan lingkungan. Ketidaberdayaan masyarakat setempat terhadap informasi, membuat pola lama bertahan turun-temurun.
Tambak Ramah Lingkungan di Delta Mahakam
Menurut Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Baharuddin Demu, terus tergerusnya hutan mangrove menjadi tambak di delta terluas Indonesia itu dipicu ketidaktahuan masyarakat. Minimnya informasi membuat masyarakat membuka tambak dengan pola konvensional.
“Awalnya memang hasilnya baik. Tapi lama-lama lahan hilang dan pendapatan menurun. Akhirnya, banyak tambak sudah mulai tidur,” terang Demu.
Ke depan, pihak terkait didorong mengedukasi para petambak. Terutama menerapkan pola ramah lingkungan. “Tambak dengan penghabisan mangrove itu juga jangka panjang membuat penghasilan turun. Sumber makanan ikan dan udang juga terganggu,” pungkasnya. (*)