Tiga Tahap Fase Relakasi di Samarinda, Sektor Pariwisata Hanya Membaik 40 Persen
Sudah tiga tahap penerapan fase relaksasi di Samarinda sebagai obat ekonomi yang hancur karena pandemi covid-19. Namun keadaan belum sepenuhnya membaik.
Samarinda, intuisi.co – Kebijakan fase relaksasi menjadi senjata Pemkot Samarinda memulihkan sektor pariwisata yang babak belur dihantam pandemi covid-19. Namun hingga fase tiga kebijakan dijalankan, keadaan belum membaik bagi pelaku industri ini.
Sepanjang Maret hingga akhir Juni, Samarinda menerapkan pembatasan sosial menghindari perluasan sebaran covid-19. Sektor pariwisata menjadi bidang yang paling merasakan dampak ekonominya.
“Sampai nol persen pendapatan tingkat kunjungan karena memang tempat pariwisata ditutup,” ujar Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Samarinda I Gusti Ayu Sulistiani, dikonfirmasi Kamis sore, 20 Agustus 2020.
Fase relaksasi diberlakukan Pemkot Samarinda pada 1 Juli 2020. Bermaksud memperbaiki keadaan ekonomi daerah beserta isinya yang porak-poranda karena pandemi. Namun hingga Agustus ini, keadaan belum sepenuhnya membaik. Terlebih di sektor pariwisata.
Mulai susur Sungai Mahakam hingga taman wisata di Tepian Mahakam, belum benar-benar pulih dari dampak pandemic. Termasuk tempat hiburan malam, cafe, hingga gerai karaoke. Sejak fase relaksasi berlaku 1 Juli hingga 20 Agustus 2020 ini, perbaikan ekonomi hanya terangkat 40 persen.
“Maklum, pengunjung memang dibatasi. Jika dulu bisa ratusan, sekarang hanya boleh puluhan orang sekali kunjungan. Maksimal 50 pengunjung lah,” sebutnya.
Pembukaan THM ataupun lokasi pariwisata di Samarinda, menjalankan protokol covid-19. Dari pintu masuk harus tersedia tempat cuci tangan. Petugas siaga mengukur suhu tubuh pengunjung juga mesti disiapkan. Demikian juga wajib pakai masker dan taat menjaga jarak. Semua harus dipatuhi.
“Hingga sampai saat ini belum ada keluhan dari pengelola bisnis. Meski omzet tak alami peningkatan signifikan, namun tetap bersyukur. Yang penting roda ekonomi berputar,” terangnya.
Samarinda hingga saat ini masih berstatus zona merah penyebaran covid-19. Akumulasi kasus positif di Ibu Kota Kaltim ini sudah mencapai 536 kasus. Dengan jumlah kasus sembuh 387 dan 128 orang masih dalam perawatan. Sedangkan 21 kasus meninggal dunia.
Situasi ini yang membuat destinasi pariwisata mutlak memberlakukan protokol covid-19. “Kalau sampai terjadi klaster di cafe, THM dan lokasi usaha, kita juga yang rugi. Jadi disiplin dengan protokol kesehatan,” pungkasnya. (*)