Kesbangpol Kukar Galakkan Pendidikan Politik untuk Generasi Z dan Milenial
Banyak generasi Z dan milenial masih datang ke TPS sekadar memilih para calon, tanpa mengetahui siapa yang dipilih dan latar belakangnya.
Tenggarong, intuisi.co—Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, memperkuat upaya sosialisasi pendidikan politik menjelang Pemilu 2024. Kepala Kesbangpol Kutai Kartanegara, Rinda Desianti, mengatakan bahwa pihaknya akan aktif dalam memberikan edukasi politik kepada generasi Z (Gen Z) dan milenial.
Sasarannya adalah pemilih pemula yang akan dijangkau melalui kunjungan rutin ke sekolah-sekolah di wilayah Kutai Kartanegara. Menurut Rinda, pendidikan politik sangat penting bagi masyarakat, terutama untuk meningkatkan kualitas demokrasi di Indonesia.
Rinda mengatakan bahwa banyak orang masih menganggap datang ke tempat pemungutan suara (TPS) hanya sekadar untuk memilih para calon, tanpa mengetahui siapa yang dipilih dan latar belakangnya. Oleh karena itu, Kesbangpol Kutai Kartanegara ingin meningkatkan pengetahuan dasar para calon dan partai yang dipilih agar dipahami oleh seluruh masyarakat.
“Hak suara tidak asal memilih, tapi apa yang dipilih bisa membawa manfaat dan kemajuan pembangunan daerah maupun bangsa,” ujar Rinda, Jumat, 24 Maret 2023.
Rinda juga menekankan bahwa hak suara tidak semata-mata untuk memilih, tetapi juga harus memilih dengan bijak agar dapat membawa manfaat dan kemajuan pembangunan daerah maupun bangsa. Sosialisasi pendidikan politik juga dilakukan untuk menekan angka golongan putih (Golput) dan meningkatkan partisipasi pemilih.
Berdasarkan catatan Kesbangpol pada 2019, tingkat partisipasi pemilih di Kabupaten Kutai Kartanegara mencapai 81,24 persen, sedangkan sisanya memilih Golput. Kecamatan Sanga-Sanga masih minim partisipasi pemilih karena masyarakat di wilayah tersebut hanya tercatat secara administratif, sehingga sulit untuk dicoret dari daftar pemilih.
Dengan galaknya sosialisasi pendidikan politik dari Kesbangpol Kutai Kartanegara, diharapkan dapat meningkatkan partisipasi pemilih dan mengurangi angka Golput di wilayah tersebut. Selain itu, generasi Z dan milenial diharapkan dapat memahami pentingnya politik sebagai media untuk memperjuangkan kepentingan yang lebih besar. Setiap suara yang diberikan memiliki dampak dalam lima tahun ke depan, sehingga kebijakan yang dihasilkan harus dipilih dengan bijak.
“Itulah yang menyulitkan pemilih, sehingga sulit untuk dicoret namanya. Ini menyumbang (angka) golput karena basis data pemilih ialah kartu tanda penduduk,” tandasnya. (*)