Sorotan

Dinilai Membahayakan Jiwa, MUI Samarinda Tak Sepakat Kebijakan Relaksasi

Fase relaksasi rupanya belum dapat diterima sepenuhnya. Ketua MUI Samarinda, KH Zaini Naim merasa kebijakan tersebut tergesa-gesa.

Samarinda, intuisi.co – Pandemi covid-19 belum berakhir. Masih ada pasien dirawat. Kasus terkonfirmasi positif juga bermunculan. Kebijakan relaksasi di Samarinda mengundang perdebatan. Tak semua sepakat dengan langkah ini.

Hingga 2 Juni 2020, ada 43 kasus akumulatif positif virus corona di Ibu Kota Kaltim ini. Dengan 35 di antaranya telah sembuh. Menyisakan tujuh pasien positif dalam perawatan. Angka ini berpeluang kembali bertambah. Mengingat masih ada pula 108 sampel swab masih menanti pemeriksaan.

“Itu sebab jangan tergesa-gesa. Ini persoalan serius,” ucap KH Zaini Naim, ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda, dikonfirmasi intuisi.co, Selasa, 2 Juni 2020.

Dari pernyataannya, Zaini Naim menyiratkan kebijakan relaksasi masih terburu-buru di Samarinda. Melihat kondisi kasus saat ini, sikap Zaini Naim tersebut cukup beralasan. Bahkan dalam Islam, memang ada lima kebutuhan yang harus dijaga bila dikaitkan pandemi atau wabah penyakit.

Pertama, menjaga jiwa atau nyawa. Kedua ialah agama. Ketiga akal, setelah itu keturunan. Yang kelima atau terakhir, harta maupun ekonomi. “Kalau jiwa tak terjaga, kemudian sakit lalu meninggal lantas siapa yang memelihara agama. Makanya lebih didahulukan nyawa daripada agama jika dikaitkan dengan pandemi,” tegasnya.

Zaini Naim pun menyorot narasi pemerintah yang menyebut rumah ibadah dibuka kembali saat fase relaksasi. MUI Samarinda ditegaskan tak pernah menyebut menutup rumah ibadah selama pandemi. Masjid tetap buka untuk salat satu hingga tiga orang. Utamanya bagi takmir masjid.

“Yang jadi soal itu adalah berkumpul kemudian memicu penularan virus. Makanya lebih baik salat di rumah karena Tuhan itu ada di mana saja. Bukan hanya di tempat ibadah” terangnya.

Itu sebab, dirinya tak sependapat dengan relaksasi di Samarinda. Selama pembatasan sosial saja tak disiplin. Terlebih jika kebijakan kembali berubah dengan nama relaksasi. Yang tak lain tujuannya ialah urusan ekonomi. Sementara jiwa lebih penting untuk diselamatkan. “Nabi Muhammad pernah bersabda agar kita tak membahayakan diri sendiri dan orang lain,” pungkasnya. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.