IDI Kaltim Klaim Vaksin Covid-19 Sinovac Paling Aman
Pro-kontra vaksinasi covid-19 merebak jelang pemberian vaksin serentak mulai pertengahan Januari 2021 ini di Indonesia.
Samarinda, intuisi.co – Kedatangan vaksin covid-19 setelah berbulan-bulan pandemi tak begitu saja menjadi pelega. Kehadirannya tetap saja diwarnai pro-kontra. Tak sedikit kalangan masyarakat meresahkan efek samping dari vaksin tersebut. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim pun angkat bicara.
“Bahan vaksin ini protein rekombinan, paling banyak kita (Indonesia) gunakan. Vaksin merah putih juga begitu. Jadi paling aman,”
sebut Ketua IDI Kaltim, Nataniel Tandirogang, dikonfirmasi Jumat sore, 8 Januari 2021.
Namun demikian, disebutkan jika vaksin covid-19 CoronaVac dari Sinovac, perusahaan biofarmasi asal Beijing, Tiongkok, yang digunakan Indonesia, memiliki kekurangan mencolok. Yakni berbeda dengan vaksin Moderna dan Pfizer-BioNTech yang sudah menggunakan teknologi terbaru messenger RNA (mRNA). Meskipun, tetap memiliki kelemahan, yakni ketika vaksin masuk ke tubuh bisa jadi diterjemahkan menjadi protein lain.
Masing-masing vaksin memang punya kelemahan dan keunggulan. Termasuk urusan penanganan. Moderna misalnya harus disimpan di lemari pendingin bersuhu minus 70 derajat celsius.
“Sinovac cukup dengan suhu 2-8 derajat celsius, sehingga tak susah saat didistribusikan ke daerah-daerah,” kata Nataniel.
Lebih lanjut dia menerangkan, secara umum Indonesia tak hanya memesan satu jenis vaksin. Senyawa perangsang antibodi lain juga sudah masuk daftar pembelian. Sehingga warga tak perlu khawatir tak kebagian. Ini baru tahap pertama, tentunya skema imunisasi tahap kedua, ketiga dan seterusnya sudah disusun matang oleh pemerintah.nDi sisi lain, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sudah mengeluarkan fatwa halal untuk vaksin covid-19 buatan Sinovac.
Lebih 25 ribu vaksin covid-19 telah tiba di Kaltim pada 5 Januari 2021. Bakal diperuntukan tenaga kesehatan dan pejabat publik sebagai penerima vaksin pada tahap awal ini. Menyusul kalangan masyarakat lainnya pada tahap-tahap mendatang. Kecuali para penyintas virus corona yang memang tak akan mendapatkan suntikan vaksin lantaran sudah memiliki imun alami setelah sembuh dari covid-19. Sementara masyarakat usia di atas 58 tahun, saat pengujian, usia kategori ini tak masuk daftar sehingga pemerintah belum berani memberikan lampu hijau penggunaan vaksin kepada umur tersebut. “Sebenarnya tak masalah jika diberikan vaksin hanya saja tak ada jaminan risiko yang ditimbulkan nanti,” pungkasnya. (*)