Keramaian Pasar Segiri di Tengah Pandemi Covid-19, Antara Dilematis dan Serba Salah
Pasar-pasar tradisional kembali ramai jelang hari raya. Aktivitasnya kembali padat di tengah pandemi bikin penjual dan pembeli waswas.
Samarinda, intuisi.co – Idulfitri sebentar lagi. Namun momen hari raya di tengah pandemi tak membuat keadaan jadi beda. Belakangan malah seperti biasa. Pasar-pasar kembali dipenuhi pembeli.
Padahal, wabah covid-19 belum berakhir. Dan kasat mata, terlihat aktivitas yang tak menerapkan physical distancing dalam keramaian tersebut. Seolah tanpa niatan memutus rantai sebaran virus corona. Baik itu pedagang atapun pembeli.
“Mau bagaimana lagi. Walaupun dibatasi, tetap saja ada keluarga ke rumah nanti saat Lebaran,” kata M Yakob yang ditemui intuisi.co, saat berbelanja di Pasar Segiri, Rabu siang, 20 Mei 2020.
Dari pantauan media ini, sejak pagi hingga siang warga silih berganti memasuki pasar. Sebagian besar berbelanja untuk Lebaran, termasuk Yakob.
Selain ayam, yang dibeli pria dua anak tersebut adalah bahan dasar bumbu masakan. Seperti bawang merah dan putih, jahe, lengkuas, cabai, tomat, hingga kentang. Namun demikian, harganya sudah naik dua kali lipat. Bawang misalnya, dari Rp25 ribu per kilogram, jadi Rp40 ribu. “Persiapan, daripada harganya semakin naik nanti,” tegasnya.
Dibuat Waswas
Sementara itu, Vernanda, pedagang sembako di Pasar Segiri, mengaku waswas dengan covid-19. Menyadari potensi penyebarannya di kerumunan. Khawatir makin menjadi melihat pembeli tak pakai masker. Namun persoalan ekonomi jadi pecut baginya tetap semangat jualan.
“Apalagi di sini tidak pernah sepi. Tapi kalau saya dan ibu tidak jualan, kami enggak bisa makan,” sebut perempuan 17 tahun tersebut.
Hal senada diungkapkan Safitri. Pedagang Pasar Baqa itu juga takut dengan covid-19. Apalagi ada saja penderitanya yang meninggal dunia. Namun ia tetap harus berjualan. Jika tidak, entah bagaimana rupiah bisa sampai ke tangan. “Mau enggak mau,” tutup perempuan 27 tahun tersebut. (*)