Samarinda, intuisi.co – Dari empat tambahan kasus covid-19 di Kaltim, dua berasal dari klaster Magetan. Dengan demikian, sudah delapan pasien covid-19 di provinsi ini, merupakan kasus impor dari klaster tersebut.
Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kaltim, Andi M Ishak, begitu menyoroti klaster ini saat memaparkan kondisi terkini di Bumi Etam pada Minggu petang, 10 Mei 2020. “Melihat terus bertambahnya kasus terkonfirmasi positif, kami imbau yang belum melaporkan diri, segera melakukan konfirmasi kepada call enter kabupaten kota masing-masing,” sebut Andi M Ishak kepada awak media via meeting room virtual.
Kasus BPN 40 dan BPN 41 yang terkonfirmasi bersamaan, merupakan remaja 17 tahun. Adalah santri di Pondok Pesantren Al Fatah Temboro, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Hingga 5 Mei 2020, tim gugus tugas mendata 74 pelaku perjalanan dari Magetan tengah berada di Kaltim. Dengan rincian 46 di Samarinda, 24 Balikpapan, tiga di Kukar, dan satu di Paser.
Dari jumlah tersebut, sudah delapan kasus terkonfirmasi negatif. Empat di antaranya berada di Balikpapan. Selebihnya tiga di Kutai Kartanegara (Kukar) dan satu di Kutai Timur (Kutim). Dua kasus pertama terkonfirmasi di Kukar pada 2 Mei 2020.
“Kami mohon kepada yang bersangkutan untuk bisa menceritakan semua proses perjalanan maupun kontak erat selama ini. Karena ini akan sangat membantu mempercepat tracing jika memang positif,” lanjut Andi.
Langkah Antisipasi
Menurutnya, permintaan ini bukan bermaksud menyudutkan para pelaku perjalanan dari Magetan. Melainkan sebagai langkah antisipasi penyebaran virus corona. Semakin cepat melapor, semakin cepat kondisi yang bersangkutan diketahui. Untuk kemudian mengambil langkah tepat dan penindakan sesuai kondisi pelapor.
“Apabila memang tak bergejala, lakukan isolasi mandiri secara ketat. Jika ada gejala, apalagi rapid test reaktif, mungkin akan dilakukan langkah lebih lanjut. Apakah karantina atau perawatan rumah sakit,” lanjut Andi.
“Mohon kepada kita semua, untuk membantu apabila ada yang mengetahui. Karena tak menutup kemungkinan santri lain pun mengalami hal sama,” pungkasnya. (*)