Gaya Baru Mahasiswa Samarinda Unjuk Rasa Tolak UU Cipta Kerja lewat Pertunjukan Seni
Setelah rangkaian unjuk rasa menolak Undang-Undang Cipta Kerja di Samarinda berakhir ricuh, aksi kali ini dibalut pertunjukan seni tari dan nyanyian.
Samarinda, intuisi.co – Aksi menolak Undang-Undang Cipta Kerja masih bergulir. Di Samarinda, Aliansi Mahasiswa Kaltim Menggugat (Mahakam) mengambil cara baru. Menarik perhatian warga Ibu Kota Kaltim dengan seni tari dan nyanyian
Unjuk rasa tersebut dilangsungkan Senin sore, 19 Oktober 2020. Mengambil tempat di simpang empat flyover Jalan Juanda-Jalan Kadrie Oening-Jalan AW Sjahranie-Jalan Letjend Suprapto. “Aksi ini kami lakukan serentak di sejumlah titik di Samarinda,” ucap Juru bicara Aliansi Mahakam Wisnu Juliansyah, Senin sore.
Selain di bawah flyover, lokasi aksi lainnya meliputi simpang empat Mal Lembuswana (Jalan M Yamin, Jalan Mayjen S Parman, Jalan Dr Soetomo, dan Jalan Letjend Soeprapto), Polnes di Samarinda Seberang, dan Universitas Widya Gama Mahakam di Jalan Wahid Hasyim. Selain itu di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Samarinda di Jalan Juanda dan mahasiswa Universitas Kutai Kartanegara (Unikarta) di Tenggarong, Kukar.
Aksi damai tersebut digelar dengan tajuk “kepung pusat kota”. Masih dengan tuntutan cabut UU Cipta Kerja Omnibus Law. “Kami tetap sepakat menolak,” terangnya.
Menurut Ucup, aksi kali ini memang berbeda. Mengedepankan seni tarian dan nyanyian sebagai perlawanan terhadap penindasan. Sebagian besar yang turut serta juga anggota unit kegiatan mahasiswa (UKM) seni dari berbagai kampus. Sekaligus awal dari unjuk rasa skala besar dan serentak yang dihelat 20-21 Oktober 2020. “Ya, senasional nanti,” tambahnya.
Simpang empat jalan layang juga dipilih lantaran menjadi salah satu titik sentral lalu lintas masyarakat di Samarinda. “Jadi atensinya ke kami semua,” tutupnya. (*)