HeadlinePemkot Samarinda

Teknologi Australia Bidik Limbah Makanan Samarinda Jadi Pupuk Organik

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, antusias merespons tawaran kerja sama perusahaan Australia mengolah limbah makanan Samarinda jadi pupuk organik.

Samarinda, intuisi.co—Sisa-sisa makanan kelak bukan lagi sampah di Ibu Kota Kaltim. Pemkot Samarinda mendapat tawaran kerja sama dari perusahaan Australia untuk mengolah limbah makanan menjadi pupuk organik atau kompos. Pembangunan unitnya pun tak akan menggunakan APBD.

Rencana tersebut terungkap kala Wali Kota Samarinda, Andi Harun, menerima kedatangan Wasteplant, perusahaan asal Australia yang bergerak di bidang pengelolaan limbah makanan, pada Selasa, 8 Maret 2022. Rombongan Wasteplant diterima di Anjungan Karangmumus Gedung Balai Kota Samarinda, Jalan Kesuma Bangsa, Kelurahan Bugis, Kecamatan Samarinda Kota.

Adapun teknologi pengolahan limbah makanan tersebut oleh Wasteplant dinamai GardenShip yang telah dikembangkan 15 tahun terakhir. Fasilitas tersebut dibangun dengan konsep lingkungan. Mengedepankan material dari sumber daya terdekat. Bisa kayu, bisa juga metal. “Kami memilih material yang paling akrab dengan lingkungan dan paling dekat,” terang Andrew Hayim de Vries, director Wasteplant, ditemui selepas pertemuan tersebut.

Wasteplant juga mengklaim jika fasilitas tersebut tidak terhubung dengan sumber air dan listrik. Satu unitnya memiliki lebar 12 meter dengan panjang sekitar 20—30 meter. Satu unitnya beisikan satu box dengan kemampuan mengolah 30 ton sampah per tahun menjadi 5 ton pupuk per tahun dan 6.000 pupuk cair per pekan.

Dengan fasilitas itu, sisa-sisa nutrisi dari limbah makanan, akhirnya bisa dikembalikan ke tanah, bukannya menambah beban tempat pembuangan akhir (TPA). Adapun di Samarinda produksi sampah per tahun berada di kisaran 600 ton. “Dengan mengembalikan nutrisi dari limbah makanan ke tanah, maka hasil tanaman akan berbeda,” lanjutnya.

Andrew juga memastikan pengolahan limbah makanan tersebut bebas dari bahan kimia. Yang dalam kerjanya, GardenShip memroses limbah makanan dengan kotoran hewan yang pengolahannya memakan waktu 25 jam. Bagi Samarinda dengan karakter daratan Kalimantan yang rendah nutrisi, pupuk dari pengolahan limbah makanan tersebut bakal sangat membantu pertumbuhan tanaman.

Teknologi Pengolahan Limbah Makanan Tanpa APBD

Wali Kota Samarinda, Andi Harun, mengungkapkan antusiasmenya atas tawaran kerja sama dari Wasteplant tersebut. Menurutnya, pupuk kompos dari pemrosesan teknologi yang ditawarkan bakal sangat bemanfaat untuk sektor pertanian di perkebunan di Samarinda.

“Saya sudah memerintahkan Kepala DLH (Dinas Lingkungan Hidup Samarinda) menindaklanjuti. Buat dulu pilot project-nya di Samarinda,” terang Andi Harun.

Project tersebut juga telah diterapkan di Sri Lanka dan Samarinda bisa jadi yang pertama di Kalimantan, atau yang kedua di Indonesia setelah Bali. Andi Harun pun begitu antusias karena teknologi tersebut juga bermanfaat bagi lingkungan, terutama mengurangi penggunaan pupuk kimia.

“Tiga manfaat didapatkan dari project ini adalah manfaat edukasi; manfaat lingkungan; dan manfaat ekonomi. Yang mana ini juga melibatkan partisipasi masyarakat,” urainya.

Belum diketahui berapa kebutuhan biaya dari realisasi project tersebut. Wasteplant mengklaim pembangunannya di Australia memakan anggaran 35-40 ribu dollar Australia. Wasteplant memperkirakan biayanya bakal lebih murah di Samarinda mengingat bahan baku yang digunakan adalah yang tersedia dan mudah didapat di lingkungan setempat. “Yang pasti tanpa APBD,” timpal Andi Harun. (*)

Tags

Berita Terkait

Back to top button
Close

Mohon Non-aktifkan Adblocker Anda

Iklan merupakan salah satu kunci untuk website ini terus beroperasi. Dengan menonaktifkan adblock di perangkat yang Anda pakai, Anda turut membantu media ini terus hidup dan berkarya.